(Catatan Reflektif dari Kegiatan IHT di SMK Negeri 1 Ile Ape)
Dinamika dan deskripsi tersebut juga berlaku dalam kehidupan para guru sebagai tenaga pendidik. Perjalanan pengabdian guru berperan penting bagi perkembangan dunia pendidikan, baik di masa lalu, masa kini, dan di masa yang akan datang. Guru juga bergelut di dalam tiga alur babak waktu, sehingga kualitas dirinya perlu ditingkatkan agar diakui secara esensial dan eksistensial. Hal tersebut juga berlaku bagi para guru di lembaga pendidikan SMK Negeri 1 Ile Ape, Desa Muruona, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Guna menunjang kualitas guru di dalam bingkai waktu pendidikan, maka pihak sekolah melaksanakan kegiatan In House Training (IHT) sebagai implementasi dari Program SMK Pusat Keunggulan. Kegiatan tersebut bermanfaat untuk menciptakan tenaga pendidik yang berkualitas dan kompeten di bidang pendidikan.
Kegiatan IHT di SMK Negeri 1 Ile Ape merupakan tindak lanjut dari Pelatihan Komite Pembelajaran pada Program SMK Pusat Keunggulan yang telah dilegitimisai dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 165/M/2021 tentang Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK-PK). Kegiatan tesebut menjadi langkah awal untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) demi terselenggaranya pembelajaran paradigma baru di Satuan Pendidikan SMK Negeri 1 Ile Ape. Kegiatan IHT tersebut juga merupakan pembelajaran bersama bagi tenaga pendidik SMK Negeri 1 Ile Ape yang belum mengikuti pelatihan Komite Pembelajaran di tingkat Nasional agar mampu mengimplementasikan pembelajaran paradigma baru SMK Pusat Keunggulan di kelas X tahun pelajaran 2021 / 2022.
Penyelenggara kegiatan IHT ini dilaksanakan oleh panitia pelaksana Komite Pembelajaran SMK Pusat Keunggulan yang telah mengikuti Training Of Trainer (TOT) dalam Bimtek Komite Pembelajaran. Kegiatan ini berlokus pada SMK Negeri 1 Ile Ape yang berlangsung sejak Kamis hingga Jumat (12-20/08/2021). Secara umum, materi kegiatan yang disajikan dan diberikan adalah Kebijakan Program Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan, Orientasi Pelatihan, Pendidikan Yang Memerdekakan, Kerangka Kurikulum, Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan, Capaian Pembelajaran, Perangkat Ajar, Asesmen, Pengenalan Literasi Digital serta Penguatan materi IHT sesuai dengan kebutuhan belajar guru.
Bila dikaitkan dengan uraian bingkai waktu, maka kegiatan tersebut bisa ditelisik secara lebih mendalam dalam tiga pembagian waktu, yakni; Waktu Kronos, Waktu Kairos, dan Waktu Agon. Ketiga pembagian waktu tersebut merupakan tanda loyalitas terhadap kualitas dan kompetensi tenaga pendidik untuk menyukseskan kegiatan implementasi pembelajaran paradigma baru di SMK Negeri 1 Ille Ape. Pertama, waktu kronos. Waktu kronos merupakan sebuah babak waktu yang menuntut adanya kerja nyata di dalam sebuah keberadaan. Di dalam waktu kronos, semua pihak dituntut untuk bekerja secara nyata. Semua harus bekerja keras, bekerja secara cerdas, dan bekerja sampai tuntas. Proses dan upaya yang dilakukan di dalam kegiatan bekerja tersebut masuk ke dalam etos kerja.
Selanjutnya, kedua, waktu kairos. Waktu kairos merupakan waktu yang terberi dan bukan yang diberi. Artinya, waktu kairos menuntut sebuah kebijaksaan dalam bekerja sebagai upaya nyata peningkatan hubungan yang transendental. Dan ketiga, waktu agon. Waktu agon menuntut adanya pertanggungjawaban atas kerja nyata di tengah keberadaannya. Dengan demikian, melalui pengimplementasian kegiatan IHT tersebut, para guru kembali mampu menemukan dirinya serta meningkatkan kualitas diri secara berkala.
Melalui kegiatan IHT tersebut, para guru di SMK Negeri 1 Ile Ape mampu mengembangkan potensi serta kualitas diri secara baik dan kompeten. Dalam catatan ini, terdapat beberapa sasaran dan target yang hendak dicapai serta diimplementasikan secara berkelanjutan. Pertama, para guru harus mampu merefleksikan nilai dan filosofi Ki Hajar Dewantara dengan perannya sebagai tenaga pendidik dan merumuskan strategi pembelajaran yang sesuai dengan nilai dan filosofi Ki Hajar Dewantara. Kedua, para guru harus mampu mengidentifikasikan komponen kerangka kurikulum dan peranan pemangku kepentingan dari tingkat pusat sampai satuan pendidikan dalam menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid.
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa kegiatan IHT merupakan program keunggulan di Lembaga Pendidikan SMK Negeri 1 Ile Ape. Untuk itu, diperlukan “kerjasama dan sama-sama bekerja” demi terselenggaranya kegiatan tersebut. Hal tersebut akan menunjang terciptanya kebaikan bersama (bonum Commune) di antara para tenaga pendidik. Oleh sebab itu, marilah kita satukan langkah dan hati untuk menelisik kegiatan IHT tersebut secara reflektif. “Kalau bukan sekarang – kapan lagi, kalau bukan kita – siapa lagi”.
Teks dan Berita : Paulus Geradus Hurint, S.T.,Gr
Editor : Mario Djegho (red)
0 Comments