Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

DARI SMPN 13 UNTUK KOTA KUPANG



Oleh Y. Joni Liwu, S.Pd

Guru SMPN 13 Kota Kupang

 

Penulis dan filsuf Prancis, Voltaire,  (1694 -1778 ) menuturkan bahwa ia tahu, tidak ada orang hebat kecuali mereka yang memilki pengabdian besar pada kemanusiaan. Apakah pernyataan itu patut disematkan kepada para guru yang juga mengabdi dan bersentuhan langsung dengan manusia? Pengabdian di medan juang guru hari-hari ini sepertinya sangat dimaknai di tengah  pandemi covid-19, dimana orang tua seolah mengambilalih sementara peran guru. Para orang tua semakin menyadari betapa mendidik anak bukan perkara mudah. Ketahanan menghadapi anak dengan beragam tipe dan laku membutuhkan kecanggihan dan ketabahan tersendiri.

 

Sementara pandemi covid-19, pada sisi positif, membuat guru melakukan berbagai adaptasi dan transformasi. Guru-guru kembali belajar berbagai hal baru demi menunaikan hak anak mendapatkan pembelajaran. Sementara orang tua hari-hari ini harus lebih mempersiapkan diri membersamai anaknya di rumah ketika belajar. Orang tua dan guru berada di jalan yang sama, mengabdi untuk sebuah kemanusiaan.

 

Terlepas dari bentuk adaptasi yang dilakukan guru terhadap internet yang yang menjadi dasar pijak dari berbagai aplikasi pembelajaran, peran guru yang tengah dilakoni orang tua menjadi soal baru. Adanya keluhan orang tua tatkala menjadi guru di rumah, tidak  bisa dianggap enteng karena akan berujung pada kualitas pembelajaran di masa pandemi covid-19 ini. Sinergitas guru dan orang tua di tengah  pandemi covid ini pun telah menjadi pilihan. Guru menyampaikan pembelajaran secara daring, orang tua membimbing, mengarahkan, mengayomi anaknya agar dapat belajar secara daring. Lagi-lagi pengabdian demi kemanusiaan harus dilitani tanpa harus berkerut dahi atau harus mengangkat tangan di tengah masa sulit ini.

 

Guru memang harus berdedikasi di bidangnya karena itu sesuai komptensinya. Semuanya terakumulasi dalam sebuah kata yang tepat yakni, pengadian. Mengabdi menjadi kata kunci. Atau dengan kata lain guru bukan saja soal profesi tetapi juga pengabdian. Walaupun ketika melakoninya, ia harus mengisahkan banyak cerita pilu. Atau bahkan hampir dilihat dengan sebelah mata atas profesi guru, walau sebenarnya ialah yang telah membesut tenaga profesional di berbagai bidang kehidupan. Pengabdian guru tidak pernah berakhir sepanjang negara memberikannya kepercayaan sesuai kualifikasi teretntu. Dalam ikhwal pengabdian tersebut, dengan pelbagai indikator guru tidak saja mengajar tetapi juga diberi tugas tambahan lain, semisal menjadi kepala sekolah.

 

Penetapannya menjadi seorang kepala sekolah pun tentu berdasarkan kulaifikasi-kualifikasi terukur. Setelah melalui suatu penilaian, hingga ia diberikan selembar kertas bertitel Surat Keputusan (SK) pengangkatannya sebagai kepala sekolah. Tugas dan tanggung jawabnya pun dilegitimasi melalui sebuah perturan. Jabatan kepala sekolah dilegitimasi dengan Permendikbud No. 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah dijelaskan sebagai guru yang bertanggung jawab untuk memimipin dan mengelolah departemen pendidikan, yakni dari Taman Kanak-Kanak hingga SMA/SMK baik dalam negeri hingga luar negeri. Pada sekolah-sekolah yang dipimpinya tersebut, secara sadar maupun tidak sebenarnya para kepala sekolah itu juga sedang mempersiapkan guru-guru terbaiknya menjadi kepala sekolah.

 

SMPN 13 Kota Kupang Orbitkan 4 Kepsek

 

Lembaga Pendidikan SMP Negeri 13 Kota Kupang misalnya, pada tahun pembelajaran 2020/2021 sukses mengusung guru-guru terbaiknya menjadi kepala sekolah. Pada tahun pembelajaran tersebut, sekolah yang terletak di Kelurahan Maulafa ini berhasil mengorbitkan 4 gurunya menjadi kepala sekolah pada beberapa SMP Negeri di kota Kupang.

 

Kaur Humas SMP Negeri 13 Kota Kupang, Marselina Ega, S.Ag.,  membenarkan hal tersebut. Menurut Marselina, empat guru itu adalah Dra. Maria Th. Rosalina Sadina Lana sebagai Kepala SMPN 13 Kota Kupang, Yusak Olla, S.Pd., sebagai Kepala SMP Negeri 15 Kota Kupang, Warmansyah, S.Pd., sebagai Kepala SMP Negeri 11 Kota Kupang, dan Maria Giri, S.Pd., sebagai Kepala SMP Negeri 9 Kota Kupang.

 

“Kami tentu berbangga karena dari SMP ini Pemerintah Kota Kupang sangat respek terhadap kinerja guru-guru di SMP Negeri 13 Kota Kupang sehingga mempercayakan empat orang guru di sekolah kami menjadi kepala sekolah,” demikian Marselina, Guru Agama Katolik di SMPN 13 Kota Kupang, ketika mengikuti acara perpisahan, Sabtu (24/7/2021) di ruang rapat SMPN 13 Kota Kupang.

 

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Daprosa Dailaga, S.Pd., pun turut memberikan atensi terhadap kinerja para guru di SMPN 13 Kota Kupang hingga beberapa di antaranya dipercayakan menjadi kepala sekolah. “Kami turut berbangga karena dari sekolah ini empat orang guru dipercayakan menjadi kepala sekolah. Sebuah pencapaian yang  tidak saja dibanggakan tetapi patut disyukuri,” demikian Daprosa ketika menghadiri acara perpisahan tersebut.

 

Acara perpisahan dengan para guru dan pegawai yang berlangsung sederhana dengan mematuhi prokes tersebut menyisakan kesan mendalam di hati Warmasnyah, S.Pd., Maria Giri, S.Pd., dan Dra. Maria Th. R. S. Lana. Betapa kebersamaan selama lebih dari 20 tahun tersebut telah menjadikan guru dan pegawai di SMPN 13 Kot Kupang sebagai rekan kerja, dan lebih dari itu sebagai saudara. Mereka pun berkisah tentang kebersamaan yang telah terbina di sekolah yang berdiri sejak tahun 1997 tersebut.


Kepala SMPN 13 Kota Kupang, Dra. Maria Th. R.S Lana misalnya menyebutkan SMPN 13 sebagai sekolah kehidupan bagi para guru dan pegawai, juga seluruh peserta didik.
“SMPN 13 tidak sekadar tempat kerja tapi merupakan sekolah kehidupan,"  demikian Roslin Lana mengisahkan.

 

Dari SMPN 13 ia belajar. Ia pun  belajar dari rekan kerja yang adalah guru hebat. “Di sinilah tempat saya mengembangkan diri sehingga pada akhirnya menjadi kepsek. SMPN 13 sebagai rumah kedua kami, yang  telah memberi kontribusi bagi kemajuan pendidikan di kota Kupang,” papar Roslin yang juga pernah menjadi  Finalis Guru Berprestasi Tahun 2014 serta gemar menulis puisi.

 

Dengan penetapan empat orang guru menjadi kepala sekolah tentu berdampak pada kekurangan guru pada mata pelajaran-mata pelajaran yang diasuh oleh ketiga kepala sekolah tesebut. Terhadap kekurangan dua guru IPS, demikian Roslin Lana, pihaknya menerima pindahan guru IPS dari SMPN 1 Kota Kupang. Sedangkan untuk mengatasi kekurangan guru IPA, pihaknya mengusahakan tambahan guru IPA sebagai pengganti ibu Maria Giri yang telah menjadi Kepala SMPN 9 Kota Kupang.

 

Perpisahan Mengajarkan Makna Kebersamaan

 

Maria Giri, S.Pd., Kepala SMPN 9 Kota Kupang yang telah mengabdi selama 24 tahun di SMPN 13 Kota Kupang itu turut menyampaikan kesannya bahwa ia pertama kali mengabdi sebagai CPNS pada Desember 1995 di SMPN Eban, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Walaupun demikian, di SMPN 13 Kota Kupang ia dilatih, digembleng, dan dibimbing menjadi guru profesional, hingga kemudian dipercayakan menjadi kepala sekolah.

 

“Cara terbaik menjadikan perpisahan sebagai hal yang pisitif adalah dengan mulai belajar menghargai apapun yang dimiliki sekarang. Perpisahan mengajarkan apa artinya kebersamaan. Oleh karena itu, jangan jadikan perpisahan sebagai alasan untuk tidak bertemu kembali, simpul guru Biologi yang sering dipercayakan menjadi pembawa acara (pewara) di lingkup Persit Kartika Chandra Kirana itu. Ia pun tak lupa menyampaikan terima kasih untuk semua bentuk kerja sama dan perhatian selama mengabdi di SMP 13 Kota Kupang.

 

Senada dengan Maria Giri, Warmasyah, S.Pd., Kepala SMPN 11 Kota Kupang juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para guru juga para kepala sekolah yang pernah membentuk juga membimbingnya selama mengajar di SMPN 13 Kota Kupang. “Saya harus jujur mengatakan, di tempat inilah saya banyak belajar hingga menjadi seperti sekarang ini,” kata Warmansyah yang pernah menjadi Finalis Guru Berprestasi Tahun 2017 dan 2019, serta Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPS Cendana SMP se-Kota Kupang.

 

Yusak Ola, S.Pd., Kepala SMPN 15 Kota Kupang sangat membanggakan lembaga pendidikan SMPN 13 Kota Kupang. Baginya, lembaga Pendidikan ini telah memberinya pengalaman berharga sejak menjadi guru hingga dipercayakan menjadi kepala sekolah.

 

Acara perpisahan dilanjutkan dengan pemberian cendera mata bagi kepala sekolah SMPN 9 dan SMPN 11 Kota Kupang. Acara yang digelar dengan mengikuti prokes tersebut berlangsung sangat sederhana tersebut diakhiri dengan santap siang bersama.

 

Mereka telah mendidikasikan diri sebagai pengabdi ketika menjadi guru dan kini mengabdi dengan tanggung jawab yang lebih besar sebagai kepala sekolah. Di hari-hari selanjutnya dalam derap pengabdiannya, mereka akan terus melintanikan sebuah tujuan yang lebih besar bagi bangsa ini. Namun demikian, mereka juga bekerja lebih keras untuk menghasilkan banyak pemimpin, bukan banyak pengikut.  Proficiat untukmu.

 

Foto: Dokumentasi Penulis

Editor: Robert Fahik/ red

Post a Comment

0 Comments