Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

“POJOK DIALEKTIKA” PRODI ILMU KOMUNIKASI UNDANA GELAR BEDAH BUKU


Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM –
Pojok Dialektika Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana (Undana) menggelar kegiatan bedah buku suntingan Guru Besar Ilmu Komunikasi Undana, Prof. Dr. Alo Liliweri, MS yang berjudul “Pelangi Pemikiran Komunikasi Antarbudaya” terbitan PrenadaMedia Grup. Kegiatan tersebut digelar Kamis (20/05/2021) secara virtual lewat aplikasi Zoom Meeting.

 

Hadir sebagai pembedah utama yakni, Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Airlangga sekaligus staf ahli Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo), Prof. Dr. Drs. Henri Subiakto, S.H., M.Si., dan Executive Director pada Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC), Dominggus Elcid Li, Ph.D. Hadir pula Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Undana, Dr. Petrus Ana Andung, S.Sos., M.Si. Kegiatan tersebut dibuka secara langsung oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undana, Dr. Melkisedek Neolaka, M.Si.

 

Dalam sambutannya, Dr. Melkisedek sangat mengapresiasi inisiatif akademis dari seluruh jajaran Prodi Ilmu Komunikasi yang telah berupaya menggelar kegiatan bedah buku tersebut. Menurutnya, Prodi Ilmu Komunikasi merupakan salah satu prodi yang sangat diandalkan oleh FISIP Undana lewat program dan prestasinya. Oleh sebab itu, ia sangat berterima kasih kepada semua pihak yang sudah berpartisipasi dan terlibat aktif dalam kegiatan tersebut.

 

Komunikasi Antarbudaya di Tengah Kesatuan Bangsa

 

Prof. Henri, dalam pemaparannya, menyatakan bahwa Indonesia merupakan sebuah mozaik indah (the rainbow of nation) dengan ribuan keragaman sosialnya. Semua realitas tersebut, jelasnya, disatukan dalam sebuah wadah kebangsaan berdasar Pancasila. Di sisi lain, ia juga mengungkapkan bahwa masyarakat pada umumnya hidup dalam sekat-sekat segresi dan kelas sosial yang rentan konflik. Dengan demikian, sambungnya, proses komunikasi antarbudaya di Indonesia adalah sebuah proses pembentukan integrasi Bangsa Indonesia dalam membangun toleransi, solidaritas, dan saling memahami.  

 

“Indonesia adalah sebuah mozaik indah. Ada ribuan keragaman sosial dan semua itu wadah kebangsaan, yakni Pancasila. Namun, kita juga sebenarnya rentan dengan konflik, sehingga peran komunikasi antarbudaya di Indonesia sebenarnya adalah untuk membangun toleransi, solidaritas, dan saling memahami,” paparnya.


 

Ia juga menambahkan bahwa perkembangan era digital dewasa ini juga menjadi tantangan tersendiri dalam mengaktualisasikan proses komunikasi antar budaya. Lebih lanjut, tuturnya, pengaruh asing bagi kehidupan bangsa, disinformasi berita, radikalisme dan terorisme, hingga propaganda ideologi trans nasional menjadi perhatian serius yang tumbuh subur lewat sosial media. Oleh karena itu, baginya, buku “Pelangi Pemikiran Komunikasi Antarbudaya” tersebut layak dibaca, terutama bagi kaum milenial sebagai salah satu cara dalam memahami komunikasi antarbudaya

 

Di lain pihak, Dr. Elcid juga menekankan pentingnya komunikasi antarbudaya seiring peningkatan dan kemajuan tekhnologi, sehingga pemahaman akan komunikator juga diperlukan. Buku “Pelangi Pemikiran Komunikasi Antarbudaya” tersebut, jelasnya, terbilang cukup kompleks sehingga diperlukan berbagai literatur dan referensi pelengkap untuk membaca dan mengeksplorasinya. Oleh karena itu, lanjutnya, Prodi Ilmu Komunikasi harus mampu melengkapi bahan bacaan di dalam perpustakaannya demi menunjang kebutuhan membaca mahasiswa.

 

Pelangi Pemikiran Komunikasi Antarbudaya

 

Dalam respon terhadap bedah buku, Prof. Alo menjelaskan bahwa “Pelangi Pemikiran Komunikasi Antarbudaya” tersebut merupakan buku suntingan pertamanya. Buku tersebut, paparnya, merupakan kumpulan tulisan yang dipilihnya karena kesesuaian antara konten dan pemikirannya tentang komunikasi antarbudaya. Hal tersebut, lanjutnya, dimotivasi oleh keprihatinannya tentang sikap masyarakat dalam mengelola konflik dan solusi terhadap perbedaan antarbudaya. Oleh karena itu, ia sangat mendorong proses pembelajaran komunikasi antar/lintas budaya dalam memahami perbedaan-perbedaan budaya.

 

“Ini adalah buku suntingan saya yang pertama dan menjadi buku karya saya yang kedua puluh satu. Buku ini adalah kumpulan tulisan orang lain yang memiliki kesesuaian dengan pemikiran saya soal komunikasi antarbudaya. Saya termotivasi menyunting buku ini karena keprihatinan terhadap pengelolaan konflik dan solusinya terhadap perbedaan-perbedaan budaya,” jelasnya.

 

Lebih lanjut, buku berjudul “Pelangi Pemikiran Komunikasi Antarbudaya” tersebut membahas beragam fenomena komunikasi antarbudaya dari sudut pandang yang berbeda-beda, sehingga pembaca akan memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam dan luas, mulai dari perspektif refleksi dan analisis kritis, bagaimana budaya bisa berubah, bergeser dan berkembang, pentingnya memahami multikulturalisme dalam dunia yang saling berkoneksi karena kemajuan teknologi, tentang kompetensi dan nilai-nilai.

 

Pantauan media, kegiatan yang berlangsung selama lebih dari 3 jam tersebut dipandu oleh Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Undana, Maria V. D. P. Swan, S.Sos., M.Med.Kom., selaku moderator dan dihadiri oleh beberapa Guru Besar, perwakilan beberapa Perguruan Tinggi, dosen, mahasiswa, rohaniwan, perwakilan Penerbit PrenadaMedia Group, penulis, alumni Prodi Ilmu Komunikasi Undana, guru, pemerhati pendidikan, dan media massa.

 

Berita & Foto: Mario Djegho

Editor: Robert Fahik/ red

Post a Comment

0 Comments