Oleh: Marsel Robot
Penulis & Akademisi Undana Kupang
Dan arwah bulan dalam air memparafrase
rindu yang menghitam pada gelapnyanya cahaya
matahari
tak ada pembilang, juga penyebut pada jarak yang
hangus
Seperti kata-katamu beraroma rampe mewakli
sura-suara hilang
Terdengar elegi requiem yang halus rangkap tiga
Mengeja aksara yang tumbuh di geladak
Berkas-berkas tanpa alamat menuju cakrawala
Jangan kau antar aku ke pintu
Sebelum arwah bulan dalam air menjelma menjadi
bola mata
Ia mengabad tak berkedip
Pun arloji yang menghitung detak nafsumu
pada angka-angka hitam yang merawat penismu
di antara ribuan pentil yang terus mendongeng
tentang sebutir debu di injil
Gelombang liur yang melipat episoda
Tertumpuk dalam lekukan lagu
Yang tak pernah sampai di kaki bukit
Tempat kaubenamkan arwah bulan dalam air
Jejak-jejak perjalanan terhapus oleh libido dan
kata basah
Antarlah kembali aku pada sebutir debu di injil
0 Comments