TTS, CAKRAWALANTT.COM – Di tengah keterbatasan fasilitas jaringan listrik dan internet, SMA Negeri Nunbena, Kabupaten TTS , tetap menerapkan model pembelajaran inovatif dan kreatif berbasis android yang dapat diaplikasikan secara offline. Kepala SMA Negeri Nunbena, Yustus Tefa, S.Pd., kepada media ini, Sabtu (15/8/2020), menyampaikan bahwa sekolahnya juga merupakan salah satu sekolah yang memperoleh bantuan BOS Afirmasi berupa tablet yang dapat mendukung proses KBM di sekolahnya. Oleh karena itu salah satu gurunya dipercayakan untuk mengikuti bimtek online terkait kegunaan pembelajaran berbasis android yang mana imbasnya untuk mendampingi para tenaga pendidik yang ada di sekolahnya.
Dijelaskannya
bahwa dalam rangka menyambut tahun pelajaran baru 2020/2021 pihaknya telah
mempersiapkan para tenaga pendidik yang ada dengan mengadakan kegiatan In House
Training (IHT). Dalam kegiatan IHT tersebut para tenaga pendidik dibekali untuk
mendesain model pembelajaran berbasis
android dengan aplikasi Smart Apps Creator (SAP) dan juga penulisan RPP 1
Lembar.
“Jadi,
bagi saya secara pribadi dan mengatasnamakan lembaga sekolah ini sangat berterima kasih karena mimpi kami
selama ini berkaitan dengan perkembangan teknologi kami telah menggunakannya,
sehingga pada tahun 2020 ini bukan hanya dinikmati oleh sekolah-sekolah di kota
saja tetapi kami di pedalaman juga bisa menikmati. BOS Afirmasi yang diperoleh
berupa tablet sebanyak 28 unit, itu akan dimaksimalkan untuk penggunaan
pembelajaran di kelas baik oleh tenaga pendidik maupun peserta didik yang ada
di sekolah. Karena ini merupakan hal positif maka kami sambut baik,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa proses pembelajaran pada era new normal di sekolahnya dilakukan secara luring (luar jaringan) dengan cara tatap muka dengan sistem shift. Pihak sekolah tidak bisa melaksanakan pembelajaran secara daring karena terkendala fasilitas seperti jaringan listrik, internet dan android yang tidak dimiliki semua peserta didik.
“Oleh
karena itu jika pembelajaran dilakukan di rumah atau belajar dari rumah
(BDR) sangat tidak efektif bagi peserta
didiknya karena topografi yang sulit dijangkau sehingga para tenaga pendidik
kesulitan untuk memantau para peserta didik jika belajar dari rumah. Sehingga
setelah perayaan 17 Agustus kami siap melakukan KBM secara tatap muka dengan
mematuhi protokol kesehatan karena sekolah juga telah menyiapkan fasilitas
kesehatan yang dapat menjaga agar para peserta didik maupun tenaga pendidik terhindar
dari penyebaran covid-19,” jelasnya.
Binerd Anthon Im Toy, S.Pd., M.Si., selaku Guru Penggerak Digital di sekolah tersebut menjelaskan bahwa
sejak bulan Februari tahun 2020 ia
ditugaskan oleh kepala sekolah untuk mengikuti program Guru Penggerak
Digital (GPD). Sebagai Guru Penggerak Digital ia sudah dibekali bersama 31 guru
lain dari sekolah yang berbeda untuk Kabupaten TTS serta 37 orang guru dari Kabupaten
Kupang.
“Kegiatan kami semenjak ini kami dikenalkan dengan produk-produk atau hal-hal yang harus dilakukan oleh guru penggerak digital sehingga semua kegiatan pembelajaran di sekolah bisa berbasis IT. Dengan adanya covid -19 ini kita tahu bersama bahwa semua kegiatan ini macet termasuk dunia pendidikan sehingga satu program dari BPMPK Kemdikbud ini adalah bagaimana kami sebagai Guru Penggerak Digital bisa membuat media pembelajaran yang berbasis android dengan menggunakan Smart Art Creator (SAC) karena pembuatan pembelajaran berbasis android dengan menggunakan SAC ini peserta didik dapat mengoperasikannya tidak harus secara daring (online) tapi bisa diakses secara offline. Ini bagi kami sebagai Guru Penggerak Digital merupakan hal yang sangat membantu karena dengan keterbatasan kami di sini sebagai sekolah yang terpencil sangat membantu karena keterbatasan fasilitas seperti jaringan listrik maupun internet dan juga para peserta didik tidak semuanya memiliki android atau laptop. Dengan pembuatan model pembelajaran berbasis android menggunakan SAC ini siswa akan dengan mudah bisa belajar di mana saja, kapan saja karena tidak membutuhkan jaringan internet,” urainya.
Untuk
menunjang proses pembuatan media pembelajaran berbasis android ini, lanjutnya,
seorang guru harus menyiapkan 4 jenis aset yang dibutuhkan untuk pembuatan
media pembelajaran berbasis android yaitu
aset teks, gambar, audio dan aset video. Dampak dari kesiapan pembuatan
pembelajaran berbasis android ini adalah para peserta
didik termotivasi untuk belajar karena mengalami atau belajar dengan
menggunakan media pembelajaran yang modern atau baru yang selama ini belum
pernah digunakan.
Bynerd mengakui bahwa para tenaga pendidik yang ada di SMA Negeri Nunbena termasuk kepala sekolah semuanya sudah mampu merancang media pembelajaran berbasis android dengan menggunakan SAC. Ditambahkannya, setelah pembuatan media pembelajaran berbasis android maka semua tenaga pendidik sepakat untuk menindaklanjuti dengan pembuatan RPP yang satu lembar menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif seperti Self Organized Learning Environments (SOLE) dan pembelajaran yang berbasis inkuiri.
Ketika model pembelajaran inovatif ini diaplikasikan dengan pembelajaran yang berbasis android akan memudahkan para tenaga pendidik dalam menyajikan materi dan peserta didk lebih antusias dalam mengikuti proses KBM. Dirinya berharap penerapan model pembelajaran seperti ini dapat memotivasi peserta didik untuk belajar lebih giat lagi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. (Lenzho/red)
0 Comments