Manggarai Barat, CakrawalaNTT.com - SMP Negeri 2 Mbeliling terletak di Jalan Trans Flores, KM
31- Roe, Desa Cunca Lolos, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat. Sekolah
ini berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Mbeliling, sebuah wilayah
yang menjadi salah satu obyek wisata andalan di Kabupaten Manggarai Barat. Letaknya tepat di pelataran hutan Mbeliling,
dengan jarak 31 kilometer dari kota pariwisata, Labuan Bajo. Daerah ini (Roe
dan sekitarnya) sering disebut kawasan Puncak.
“Lembaga ini mendapat Izinan resmi dari Pemerintah Kabupaten
Manggarai Barat melalui SK Pendirian Operasional Sekolah dengan No: 133/ KEP/ HK/
2010 pada tanggal 03 Agustus 2010. Sebagai sebuah sekolah yang berada di
kawasan pariwisata, sekolah ini menjadikan kegiatan ekowisata sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Pembelajaran
berbasis lingkungan tentunya merupakan sesuatu yang sine qua non sebagai efek langsung dari eksistensinya yang
berdampingan dengan kawasan hutan Mbeliling.
Sebuah kawasan yang terkenal dengan burung endemik Flores,” jelas Bosco
Papung S.Fil., Senin (11/03/2019).
Bosco menjelaskan bahwa selain kegiatan ekstrakurikuler yang
dijalankan di sekolah pada umumnya, SMP Negeri 2 Mbeliling tetap memupuk bakat
dan minat siswa dalam seni dan budaya.
“SMP
Negeri 2 Mbeliling Roe letaknya persis
berada di titik sentral beberapa obyek wisata,” kata Bosco.
Alumnus STFK Ledalero yang mengampuh mata pelajaran PAK dan
Mulok menuturkan, selain kawasan hutan Mbeliling dan puncak Mbeliling, ada Air
Terjun Cunca Rami, Air Terjun Cunca Wulang, dan Danau Sano Nggoang.
“Keempat obyek wisata tersebut menjadi daya tarik tersendiri
bagi wisatawan asing dan SMP Negeri 2
Mbeliling menjadi salah satu pusat informasi tentang obyek-obyek wisata
tersebut. Hal ini menjadi motivasi bagi peserta didik untuk terus bertekun
dalam berbudaya dan berbahasa Inggris,” tutur Bosco.
Menyadari hal ini, Lembaga SMP Negeri 2 Mbeliling telah mewajibkan segenap guru dan siswa untuk memakai
sarung setiap hari Kamis. Hal ini sudah ditetapkan ke dalam Tata Tertib Sekolah
sejak tahun 2017 dengan nomor: 80/I.21.42/SMPN 2/KP/I/2017. Hal ini bertujuan agar
kearifan lokal tetap berakar dalam diri siswa.
Kepala SMP Negeri 2 Mbeliling, Paulinus
Rodi, S.Pd menegaskan bahwa lipa songke merupakan
salah satu kekayaan dan kekhasan yang dimiliki oleh masyarakat Manggarai.
“Sejak usia sekolah (SMP, red.), setiap siswa sudah membiasakan diri untuk mengenakan
sarung (tengge lipa). Hal ini sejalan
dengan visi SMP Negeri 2 Mbeliling yaitu terwujudnya sekolah yang berakhlak
mulia, kompetitif dan unggul secara akademik dan non akademik. Adapun salah
satu misinya adalah menanamkan nilai kecintaan terhadap seni dan budaya daerah
dan nasional,” kata Paulinus.
Paulinus beserta pihak Sekolah mengharapkan dukungan dari berbagai pihak untuk
kemajuan budaya teristimewa kebiasaan mengenakan sarung di sekolah.
“Pada awal penetapan Tata Tertib sekolah ini, banyak pihak yang
berkeberatan. Namun, lambat laun semua pihak menyadari bahwa ini adalah
kekayaan budaya kita yang harus ditempatkan di tempat yang paling baik sebagai penghargaan
atas keanekaragaman budaya kita, Budaya Manggarai,” harap Paulinus.
Paulinus mengungkapkan bahwa SMPN 2 Mbeliling yang sudah berumur
delapan tahun ini terus diminati masyarakat. Lembaga ini menjadi pilihan sebagai tempat anak
bersekolah dan jumlah anak terdaftar terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Sekarang jumlah guru 22 dan 173 siswa/i. Hal
ini menjadi kebanggaan, namun di sisi lain menjadi keprihatinan. Salah satu hal
yang menjadi keprihatianan adalah
ketiadaan kantor sekolah dan ruang guru.
Solusi yang dibuat pihak sekolah adalah dengan memberi sekat (membagi) laboratorium IPA menjadi dua bagian. Sebagiannya digunakan sebagai kantor dan ruang
guru dan sebagiannya lagi digunakan untuk laboratorium. Hal ini tentu sangat tidak efektif dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan aktivitas lain dari para guru. Mudah-mudahan pihak Pemerintah tetap
memperhatikan sarana dan prasarana sekolah-sekolah yang sudah dibangun selama ini,”
tukasnya. (IS/RZ)
0 Comments