Fatuleu Tengah, sebuah wilayah di
Kabupaten Kupang akhir-akhir ini mungkin banyak dikenal orang karena keindahan
gunungnya yang mengundang ratusan pencinta foto selfie. Berbekal kamera handphone dan fotografer dadakan, orang
ramai-ramai mendaki gunung tersebut, berselfie
dan kemudian mengunggah foto-foto di atas puncak gunung itu di berbagai
media sosial yang menjamur di internet. Para pencinta selfie yang rela datang jauh-jauh itu tak sadar bahwa sebenarnya mereka
tengah mempromosikan dan bahkan tengah mengajak orang untuk ke pergi tempat
yang sama. Fatuleu Tengah mungkin punya pesona tersendiri bagi mereka.
Namun, sebenarnya pesona Fatuleu Tengah
tak hanya pada gunungnya yang kokoh menopang cakrawala. Pesona ini juga ada pada
sebuah momen bersejarah yang diukir oleh Media Pendidikan Cakrawala NTT (MPC
NTT) di atas tanahnya. 2 Mei 2016, itulah hari saat momen itu dicatat dalam
ingatan para siswa, guru bahkan mungkin seluruh masyarakat Kabupaten Kupang.
Tak ada pencinta selfie, tak ada
fotografer dadakan, tapi hari itu telah dikabarkan kepada seluruh masyarakat
Kabupaten Kupang dan kepada seluruh masyarakat NTT bahwa generasi muda
Kabupaten Kupang siap berbudaya literasi.
Dimotori oleh Agustinus Rikarno, S.Fil, pimpinan MPC NTT yang tak lelah meneriakan kata cinta literasi, seluruh peserta perayaan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2016 di Kabupaten Kupang menggelar baca bersama selama 10 menit. 5000 eskemplar buku dibagikan oleh Yupiter Loinati, wartawan MPC NTT kepada seluruh peserta upacara untuk dibacakan secara serempak.
10 menit memang bukan waktu yang lama,
namun dalam 10 menit baca bersama itu, setidaknya memunculkan kesadaran bahwa membaca bukanlah hal
yang sulit untuk dilakukan. Membaca bahkan dapat dilakukan di sela-sela waktu
yang ada. Di satu sisi, dalam 10 menit baca bersama itu sebenarnya semua pihak,
baik siswa, guru maupun seluruh masyarakat diajak untuk mencintai literasi,
mulai dari membaca dan kemudian menulis.
Mungkin sama seperti para pencinta selfie dan fotografer dadakan yang ingin
berkisah tentang indahnya gunung Fatuleu di berbagai media sosial, MPC NTT juga
ingin berkisah bahwa ada keindahan di balik literasi. Dan untuk Kabupaten
Kupang, kisah itu dinyatakan dari tanah Fatuleu Tengah.
Semuanya tidak terlepas dari peran
aktif pemerintah Kabupaten Kupang, dalam hal ini Bupati Kupang, Ayub Titu Eki
yang mendukung penuh berbagai terobosan positif termasuk terobosan MPC NTT
mengenai momen baca bersama tersebut. Bahkan program paksa tanam, tanam paksa yang merupakan program Bupati Kabupaten
Kupang tersebut telah disinkronkan dengan gerakan literasi di berbagai sekolah
di Kabupaten Kupang.
10 menit baca bersama, 5000 buku
dibagikan secara cuma-cuma memang bisa dilakukan oleh siapa saja. Namun, apakah
semua orang punya kemauan serta ketulusan untuk membangun pendidikan dengan
cara itu, atau minimal dengan caranya sendiri? Entalah, namun di kaki gunung
Fatuleu, MPC NTT telah mencatat sebuah sejarah yang pasti sulit dilupakan.
(Jko, YL, Ens, Rz)
0 Comments