Oleh : Agustinus Kleruk Nong Yovi, S.Pd.
(Guru SDK Maumere III)
CAKRAWALANTT.COM - Dalam proses pendidikan, pembelajaran berperan penting
dalam meningkatkan pengetahuan, menguatkan keterampilan, dan membentuk karakter
peserta didik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembelajaran dapat
diartikan sebagai proses, cara, pembuatan, menjadi makhluk hidup belajar.
Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses pengolahan ilmu dan pengetahuan
bagi peserta didik untuk belajar mengetahui apa yang belum diketahui menjadi
tahu.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam proses
pembelajaran adalah Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). IPAS memadukan
materi IPA dan IPS menjadi satu tema dalam pembelajaran bagi peserta didik
jenjang Sekolah Dasar (SD). IPA merupakan kumpulan materi yang sistematis,
penerapannya secara terbatas pada gejala-gejala alam, serta berkembang melalui
metode ilmiah. Sedangkan, IPS membahas berbagai persoalan interaktif antara manusia
dengan lingkungan sosialnya.
Pencapaian akademik peserta didik dalam mendalami dan
mempelajari IPAS dapat diukur melalui hasil belajar. Winkel mendefinisikan
hasil belajar sebagai keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik, yakni
prestasi belajar, yang diwujudkan dalam bentuk angka (Zakky, 2018). Hasil
belajar dilihat sebagai perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta
didik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam pembelajaran IPAS, peserta didik diharapkan bisa
memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Hal ini diuji melalui tes atau
evaluasi terhadap sejumlah materi yang dinyatakan dalam skor perolehan. Hasil
yang diperoleh tersebut menjadi ukuran keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran IPAS.
Namun, pada kenyataannya, tidak semua peserta didik
mampu mencapai hasil belajar yang memuaskan. Hal ini juga terjadi di Sekolah
Dasar Katolik (SDK) Maumere III, Kabupaten Sikka, khususnya kelas VB. Masih ada
peserta didik yang belum mampu memperoleh hasil belajar yang memuaskan pada
materi tertentu, seperti bagian-bagian telinga. Dari 18 orang peserta didik, 10
di antaranya belum bisa memahami dan menguasai materi dengan baik sehingga
berpengaruh pada hasil belajar.
Dalam pengamatan Penulis, terdapat beberapa faktor
penyebab persoalan tersebut, salah satunya adalah kurang maksimalnya Penulis
dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
Selain itu, Penulis juga kurang melibatkan peserta didik dalam
kegiatan-kegiatan eksperimen sederhana, sehingga berdampak pada pencapaian
hasil belajar mereka.
Guna mendukung peningkatan hasil belajar peserta
didik, Penulis menggunakan pendekatan pembelajaran yang bersifat interaktif dan
menyenangkan. Penulis pun memanfaatkan media gambar untuk meningkatkan daya
tarik belajar peserta didik. Media gambar adalah media yang mengombinasikan
fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui pengungkapan kata-kata dengan
berbagai gambar.
Menurut Sadiman et al (2015), media gamber tergolong
media yang sederhana karena mudah dibuat dan tidak menuntut banyak biaya. Media
gambar juga bisa diperoleh dari berbagai sumber, seperti surat kabar, majalah,
brosur, buku, dan lain-lain. Semua itu bisa digunakan oleh guru secara efektif
dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPAS bisa
mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang abstrak, memperjelas dan
memperbesar bagian yang penting atau kecil, serta memperlancar interaksi antara
guru dan peserta didik sehingga pembelajaran bisa berjalan secara efektif. Hal
ini bisa berpengaruh pada minat belajar peserta didik untuk mencapai hasil yang
lebih baik.
Adapun langkah-langkah penggunan media gambar pada
mata pelajaran IPAS adalah sebagai berikut. Pertama, tahap persiapan. Pada
tahap ini, Penulis menyiapkan media gambar untuk menyampaikan materi terkait
bagian-bagian telinga dan fungsinya. Penulis harus menggunakan media gambar
sesuai pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, sehingga bisa membuat mereka
tertarik dan memahami materi dengan baik.
Kedua, tahap pelaksanaan. Pada tahap ini, Penulis
membagikan beberapa media gambar telinga, seperti bagian-bagian telinga dan
fungsinya, kepada setiap peserta didik. Penulis mulai menjelaskan materi dengan
menunjukkan gambar telinga, bagian-bagian telinga, dan fungsinya masing-masing.
Setiap peserta didik diminta untuk mengamati gambar-gambar yang sudah dibagikan
tersebut.
Kemudian, Penulis meminta mereka untuk menyebutkan
bagian-bagian telinga serta menjelaskan fungsinya dengan melihat gambar-gambar
yang tersedia. Jika terjadi kesalahan, maka Penulis segera memperbaikinya.
Ketiga, tahap evaluasi. Pada tahap ini, Penulis mulai
memberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan meminta peserta didik
mengerjakannya sesuai materi yang diajarkan. Penulis senantiasa mendampingi
mereka sehingga proses pengerjaan LKPD bisa berjalan dengan baik, terarah,
efektif, dan efisien. Dengan mengerjakan LKPD, Penulis bisa mengukur pemahaman
peserta didik terkait materi yang diajarkan melalui media gambar.
Setelah menggunakan media gambar, Penulis menemukan adanya perubahan hasil belajar yang positif. Dalam kegiatan pembelajaran, mereka terlihat lebih antusias dan bersemangat untuk mendalami materi. Kondisi ini berpengaruh pada pencapaian hasil belajar, di mana semua peserta didik mengalami peningkatan hasil belajar pada pembelajaran IPAS.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar terbilang efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mereka lebih tertarik untuk mendalami materi pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Oleh sebab itu, media gambar bisa digunakan dalam setiap pembelajaran guna menguatkan pemahaman dan meningkatkan pencapaian hasil belajar peserta didik. (MDj/red)
0 Comments