CAKRAWALANTT.COM - Hilirisasi hasil penelitian sangat
penting dalam menjembatani antara dunia akademis dan masyarakat. Proses ini
memungkinkan penemuan ilmiah untuk diterapkan secara praktis, sehingga
memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, industri, dan ekonomi. Dengan
mengubah hasil penelitian menjadi produk atau layanan yang bermanfaat,
hilirisasi berperan dalam meningkatkan kualitas hidup, kesehatan, dan
kesejahteraan sosial.
Selain itu, hilirisasi juga mendorong
inovasi dan pengembangan teknologi. Ketika penelitian diintegrasikan ke dalam
praktik, pengetahuan baru dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah nyata
yang dihadapi masyarakat. Ini menciptakan peluang kerja baru dan memperkuat
daya saing industri lokal.
Melalui hilirisasi, lembaga penelitian
dan universitas dapat berkolaborasi dengan sektor swasta dan pemerintah,
memperluas jaringan dan sumber daya. Hal ini juga dapat meningkatkan pendanaan
untuk penelitian lebih lanjut, menciptakan siklus positif yang mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, hilirisasi hasil
penelitian bukan hanya sekadar transfer ilmu, tetapi juga upaya untuk
menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Investasi dalam
hilirisasi akan menghasilkan inovasi yang berkelanjutan dan relevan, menjadikan
penelitian lebih berarti bagi masyarakat luas.
Dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya alam dan hasil penelitian, tim peneliti kolaborasi dosen Universitas
Katolik Wdya Mandira (Unwira), Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
(UIN) Malang dan Universitas Hang Tuah (UHT) Surabaya, dalam kerjasama dengan industri
farmasi PT. Agaricus Sido Makmur Sentosa (Asimas) Malang telah mengembangkan dua
jenis obat herbal, yang saat ini masih dalam bentuk prototipe. Inisiatif dan
upaya mengembangkan obat herbal ini merupakan langkah signifikan dalam
hilirisasi hasil penelitian yang dilakukan di kampus, dengan tujuan tidak hanya
untuk meningkatkan kesehatan, tetapi juga untuk memberikan kontribusi nyata
kepada masyarakat.
Selama tahun 2023 dan 2024, tim
penelitian yang diketuai oleh Dr. Maximus M. Taek (Unwira) dan beranggotakan Dr.
apt. Burhan Ma’arif dan apt. Novia Maulina, M.Si. (UIN Malang), Faisal Akhmal
Muslikh, M. Farm (UHT Surabaya), dan Erly Grizca Boelan, M.Si. dan Paulus R.
Lalong, M.T.P. (Unwira) telah berhasil membuat dua prototipe obat herbal yang akan
dikembangkan lebih lanjut menjadi obat antimalaria dan afrodisiak yang
diproduksi massal dan dipasarkan kepada masayarakat. Kedua protototipe obat
herbal tersebut diberi nama “Malstonin” dan “Uva Max.”
Pengembangan kedua prototipe obat herbal
tersebut terinspirasi oleh tradisi penggunaan tanaman obat yang kaya akan
khasiat, yang selama ini telah dikenal di kalangan masyarakat asli di Pulau
Timor. “Malstonin” merupakan obat herbal yang dikembangkan dari ekstrak
tumbuhan Alstonia spectabilis (pule
hitam) yang secara tradisional telah digunakan oleh masyarakat di Timor untuk
pengobatan penyakit malaria. Obat herbal “Uva Max” dikembangkan dari ekstrak
tumbuhan Uvaria rufa yang secara
tradisional diyakini memiliki khasiat sebagai afrodisiak untuk laki-laki
dewasa.
Dalam melaksanakan penelitian untuk
pengembangan “Malstonin” dan “Uva Max,” tim peneliti mendapatkan dana bantuan
dari Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM)
Kemdikbud RI melalui Program Bantuan Biaya Luaran Prototipe. Pada tahun 2023,
tim peneliti berhasil memenangkan program bantuan tersebut melalui proposal
berjudul “Pengembangan Prototipe Obat Herbal Terstandar Antimalaria dari
Ekstrak Kulit Batang Pule Hitam sebagai Upaya Meningkatkan Kemandirian
Kesehatan Masyarakat NTT.“ Tahun 2024 ini, tim peneliti berhasil memperoleh
lagi dana bantuan itu dengan proposal berjudul “Pengembangan dan Hilirisasi
Prototipe Obat Herbal Terstandar (OHT) Afrodisiak dari Ekstrak Uvaria rufa Berdasarkan
Etnomedisin Masyarakat NTT.”
Penelitian-penelitian untuk pengembangan
kedua prototipe obat herbal tersebut tidak hanya berfokus pada efek kesehatan,
tetapi juga mendalami aspek keamanan dan keberlanjutan dalam produksinya.
Dengan memanfaatkan kedua macam tumbuhan obat yang banyak tumbuh di Pulau Timor,
dua obat herbal yang dihasilkan ini diharapkan dapat menjadi alternatif yang
aman dan efektif bagi mereka yang membutuhkan.
Pengembangan prototipe ini melibatkan
berbagai tahap, mulai dari riset mendalam mengenai komposisi bahan herbal
hingga uji coba untuk memastikan efektivitas dan keamanannya. Doktor Maximus
bersama tim penelitiannya berkomitmen untuk melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap dua prototipe obat herbal yang sudah dihasilkan ini, termasuk uji
klinis, agar produk ini dapat diterima secara luas oleh masyarakat dan
mendapatkan izin edar dari pihak berwenang. Doktor Maximus mengajak semua pihak
untuk mendukung upaya hilirisasi penelitian ini, sehingga hasil yang diperoleh
dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Dengan pendekatan yang berbasis riset
dan inovasi, diharapkan akan lahir lebih banyak produk kesehatan yang
berkelanjutan dan berdaya guna.
Penulis: Yosefa Saru
Editor: Beatrix Y. Manehat
0 Comments