Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Merawat Perbedaan dalam Rajutan Kebersamaan

Para penghuni Pesantren Panti Asuhan Al-Hikmah berpose bersama Rektor, Dosen, dan para Mahasiswa Unwira.

 

Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Suasana Idulfitri 1445 Hijriah masih terasa. Rasa kekeluargaan dan kebersamaan terus bersenandung di hati setiap insan. Saling bertegur sapa, saling memaafkan, dan saling membuka rumah untuk sanak saudara dan kerabat telah menyatu dalam budaya keseharian. Meskipun perayaan Idulfitri telah usai, rasa kebersamaan itu tetap dirajut, baik di antara sesama muslim maupun nonmuslim.

 

Seminggu setelah Idulfitri, Sabtu (20/4/2024), sekelompok mahasiswa berkumpul di depan gedung rektorat kampus. Sebagian besar dari mereka mengenakan kaos hitam bergambar St. Arnoldus Janssen di belakangnya. Mereka tengah menunggu bus jemputan yang telah disiapkan. Beberapa lama berselang, mereka bergegas menaiki bus yang telah datang menjemput.

 

“Kita akan menggelar kunjungan ke sebuah panti asuhan,” ucap seorang mahasiswa yang sedang menggotong beberapa barang ke dalam bus.



Jarak yang ditempuh cukup jauh, apalagi arus lalu lintas yang padat turut menemani perjalanan menuju tempat kunjungan. Empat puluh lima (45) menit kemudian, rombongan mahasiswa tersebut tiba di Kelurahan Nun Baun Sabu, salah satu wilayah yang terletak di Kecamatan Alak, pesisir Kota Kupang. Sebuah gapura bertuliskan “Pondok Pesantren Panti Asuhan Al-Hikmah (Asshiddiqie)” menjadi pintu masuk bagi para mahasiswa tersebut.

 

“Selamat datang untuk Kakak-kakak mahasiswa dan dosen. Terima kasih sudah berkenan mengunjungi kami. Beginilah kondisi kami, apapun itu, semoga bisa dimaklumi,” ujar seorang anak muda seraya menyambut rombongan mahasiswa.


Sambutan di depan pendopo pesantren panti asuhan. 

Hijmudil Umar, begitu namanya dipanggil, berbicara sebagai perwakilan pengurus pesantren dan panti asuhan. Senyum tulusnya terus terukir seakan menyiratkan harapan yang selalu dirindukannya. Di sebelahnya, beberapa anak duduk bersilah sembari memperhatikan para mahasiswa yang duduk tepat di depan mereka.

 

Hijmudil mengatakan, kunjungan tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi mereka untuk terus mengejar ilmu dan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Meskipun berada dalam keterbatasan, sambungnya, anak-anak panti asuhan juga berhak menggapai mimpi dengan pendidikan yang layak.

 

“Kami di sini juga menimba ilmu dan mengenyam pendidikan. Makanya, dengan kedatangan Kakak-kakak ini, kami bisa termotivasi untuk meraih masa depan,” tukasnya.



Ia menambahkan, semua ilmu dan pengetahuan tersebut harus berguna bagi orang lain. Hal itu, sambung Hijmudil, mendorong setiap anak pesantren panti asuhan untuk menjadi manusia yang hebat dan berguna bagi banyak orang.

 

“Kalau memiliki ilmu yang tinggi, maka wajib saling berbagi. Itu juga motivasi kami,” ungkapnya.

 

Kata-kata yang terlontar dari mulut Hijmudil tentu berasal dari lubuk hatinya. Anak muda itu berani bersuara lantang menyerukan semua isi hatinya. Ia seolah merasakan lagi suasana Idulfitri yang telah lewat beberapa hari yang lalu. Kesejukan yang ditampilkan dalam balutan kebersamaan itu menjadi kebahagiaan bagi dirinya dan anak-anak lainnya.


Rektor Unwira, Pater Philipus Tule, SVD., saat menyampaikan sambutannya.

Di sisi senada, Pater Philipus Tule, SVD., Rektor Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, menyampaikan terima kasih kepada pihak pesantren panti asuhan yang telah bersedia membagikan kebahagiaan di tempat tersebut. Baginya, kebahagiaan harus disebarkan agar bisa dirasakan oleh semua orang, terutama di tengah suasana Idulfitri.  

 

Pastor Katolik itu mengapresiasi kehangatan kekeluargaan yang diberikan oleh para santri tersebut. Suasana kebersamaan semakin terasa ketika seluruh rombongan Campus Ministry Unwira disambut oleh lantunan ayat-ayat Al-qur’an. Meskipun Unwira adalah kampus yang bernuansa Katolik, pihak kampus tetap menjunjung tinggi toleransi dan selalu bersikap inklusif.  

 

“Kami berkunjung sekaligus merayakan Idulfitri 1445 Hijriah. Ini juga adalah acara ‘halal bihalal’ bagi mahasiswa muslim kami. Tentunya, kebahagiaan hari ini adalah kebahagiaan seluruh mahasiswa, dosen, dan pegawai kami,” ungkap Imam Serikat Sabda Allah tersebut.



Menurutnya, perbedaan adalah anugerah yang harus dijaga dan dirawat. Dengan perbedaaan tersebut, setiap orang akan dituntut untuk menciptakan kebaikan dan kebajikan, sehingga bisa berdampak bagi kehidupan bersama.

 

“Tuhan bisa menciptakan satu umat saja, tetapi Dia malah menciptakan begitu banyak perbedaan. Itulah dasar mengapa kita harus merawat perbedaan sebagai anugerah,” tukas Pater Philipus.

 

Seusai itu, pihak Unwira melakukan penyerahan sumbangan secara simbolis kepada penghuni pesantren panti asuhan. Kemudian, acara dilanjutkan dengan dinamika kelompok. Para santri dibagi ke dalam tiga (3) kelompok dan dikoordinir oleh Peer Ministry. Mereka saling berbagi pengetahuan dan pengalaman di masing-masing kelompok.



Di sela-sela acara, salah seorang santri yang enggan menyebutkan namanya berkata, “Acaranya sangat bagus. Kami bisa mengenal Kakak-kakak dari Unwira. Kami sangat senang karena kunjungan ini membuat kami bahagia dan banyak belajar.”

 

Keceriaan anak-anak itu tergambar jelas di wajah mereka. Begitupun para mahasiswa. Tidak ada sekat pembatas yang membedakan masing-masing dari mereka. Begitulah implementasi nyata dari konsep masyarakat pluralis dan multikultural. Semua setara dan toleran, tidak ada penghalang di antara begitu banyak perbedaan. Keanekaragaman dan kemajemukan memberikan ruang penghargaan yang luas bagi anak-anak dan para mahasiswa untuk menebar kebaikan dan menumbuhkan kebajikan.



Tepat pukul 11.45 Wita, acara ditutup dengan sholat duhur bersama bagi para mahasiswa muslim Unwira dan seluruh penghuni pesantren panti asuhan. Sedangkan, mahasiswa nonmuslim lainnya tetap setia menunggu di luar mushola. Untaian doa yang menggema di dalamnya semakin memperteguh setiap harapan yang tersampaikan melalui jalur langit. (MDj/red)    


Post a Comment

0 Comments