Foto: Arsip Ditjen SMA Kemendikbudristek. |
Jakarta, CAKRAWALANTT.COM - Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru untuk
memenuhi hak setiap murid mendapat layanan pendidikan yang inklusif dan setara,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
meluncurkan program pelatihan berjenjang tentang Pendidikan Inklusif pada Kamis
(21/3/2024).
Pelatihan berjenjang ini diluncurkan dalam
bentuk modul tingkat dasar yang dapat dipelajari secara mandiri oleh guru,
kepala sekolah, dan pengawas sekolah/penilik di seluruh Indonesia melalui
Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Iwan Syahril, dalam sambutannya,
mengatakan bahwa program pendidikan dan pelatihan (diklat) berjenjang bagi guru
terkait pendidikan inklusif ini, merupakan salah satu upaya Kemendikbudristek
mendorong sekolah agar dapat menjadi "safe house", atau ekosistem
yang mampu melindungi, merawat, dan menjaga keragaman di lingkungan pendidikan.
“Dalam pendidikan kita harus betul-betul
mengenal anak kita seperti apa, sehingga tumbuh kembangnya harus kita sesuaikan
dengan kodrat dan fitrah penciptaan dari sang maha kuasa. Ini adalah filosofi
berpihak pada anak, dan filosofi inilah yang menjadi roh dari setiap Merdeka
Belajar sejak episode 1 sampai saat ini sudah memasuki episode ke-26,” ujar
Iwan.
Ia juga mengingatkan agar seluruh ekosistem
pendidikan terus melakukan kerja kolaborasi, mengambil peran serta, untuk
mewujudkan pendidikan inklusif. Termasuk menguatkan peran Pemerintah Daerah
agar membentuk Unit Layanan Disabilitas (ULD), yang bukan saja di tingkat
provinsi tapi juga kabupaten/kota, sebagaimana diatur pada Peraturan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 48 Tahun 2023 tentang
tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas pada Satuan
Pendidikan Anak Usia Dini Formal, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan
Pendidikan Tinggi.
Pendidikan dan pelatihan berjenjang untuk guru
ini dibagi atas tiga tingkatan, yaitu: tingkat dasar, tingkat lanjut, dan
tingkat mahir. Modul tingkat dasar terdiri dari beberapa topik, di antaranya
Keberagaman Peserta Didik, Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik, serta
Kolaborasi untuk Lingkungan Belajar yang Aman, Ramah, dan Menyenangkan.
Pengurus Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet
Indonesia Maju (OASE KIM), Endang Budi Karya, mengapresiasi komitmen
Kemendikbudristek dalam memprioritaskan perwujudan pendidikan inklusif melalui
peluncuran modul pelatihan ini.
“Dengan pendidikan yang tepat, potensi yang
dimiliki para peserta didik berkebutuhan khusus dapat berkembang secara
optimal. Untuk itu, OASE KIM mendukung secara penuh program prioritas
pendidikan inklusif ini,” ungkap Endang.
Lebih lanjut, Endang menyampaikan, “Besar
harapan kami agar kolaborasi yang telah berjalan selama ini dapat semakin menguat
dalam menciptakan lingkungan belajar yang merayakan keberagaman bagi peserta
didik. Mari terus perkuat gotong royong kita dalam melahirkan pelajar pancasila
melalui perwujudan pendidikan inklusif bagi semua anak di seluruh Indonesia.”
Guru diharapkan dapat menyelesaikan pelatihan
berjenjang tingkat dasar sehingga dapat mewujudkan kesiapan dan kecakapan dalam
memberikan layanan pendidikan yang menghargai keragaman.
Dengan diluncurkannya inovasi bagi pendidikan
inklusif ini, Kemendikbudristek berharap semua peserta didik termasuk yang
berkebutuhan khusus mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas. Tentunya
hal tersebut dibarengi dengan kecakapan para pendidik yang mampu memberikan
layanan secara inklusif dan berkualitas, sesuai dengan tujuan modul pelatihan
ini. (Berita Ditjen SMA Kemendikbud)
0 Comments