Oleh : Yanti Mariyon Lani, S.Pd., Gr.
(Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 14
Kota Kupang)
CAKRAWALANTT.COM - Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu selalu
melakukan interaksi dengan individu lain. Interaksi tersebut berlangsung
melalui kontak dan komunikasi yang terjalin satu sama lain. Di dalam proses
interaksi tersebut, semua individu saling bertukar pesan melalui media bahasa,
baik secara verbal maupun nonverbal. Menurut Halliday, bahasa berfungsi sebagai
alat interpretasi pengalaman dunia (ideasional), pengungkapan sikap yang
berpengaruh pada sikap dan perilaku pihak lain (interpersonal), serta membentuk
teks (tekstual) (Sumarlam, 2017).
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga setiap orang diwajibkan untuk mampu berbahasa dengan baik
dan benar. Dalam dunia kebahasaan, terdapat empat keterampilan berbahasa yang
harus dikuasai oleh setiap orang, yakni membaca, mendengarkan, berbicara, dan
menulis. Semua itu menjadi dasar bagi setiap orang untuk mewujudkan fungsi
bahasa secara ideasional, interpersonal, dan tekstual.
Salah satu bahasa yang dipelajari dan dikuasai oleh
banyak orang saat ini adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan
bahasa nasional yang menjadi pemersatu seluruh rakyat Indonesia. Hal itu
mendorong dunia pendidikan di Indonesia untuk mengadopsinya ke dalam kurikulum
pendidikan melalui mata pelajaran bahasa Indonesia. Seyogyanya, mata pelajaran
bahasa Indonesia menjadi wadah belajar bagi para peserta didik agar dapat
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, terkhususnya di
jenjang pendidikan menengah pertama, terdapat materi pembelajaran yang
menekankan aspek menulis dalam praktiknya, yakni menulis puisi. Menulis puisi adalah proses penyampaian gagasan yang
terdapat pada pikiran penulis ke dalam pikiran dan hati pembaca (Wiyanto,
2005). Di dalam penulisannya, puisi memuat unsur-unsur penting, yakni harus
indah, bukan karangan ilmiah, dan merupakan bahasa hati.
Dalam proses penulisan puisi, peserta didik bukan
hanya menyampaikan gagasan yang terdapat dalam pikiran semata, tetapi juga
menyampaikan imaji-imaji dan ide kreatif yang terkadang muncul dari pikiran
dasar atau pikiran bawah sadar. Oleh sebab itu, peserta didik diharapkan dapat
menulis puisi dengan baik, sebab hal tersebut merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai.
Namun, pada kenyataannya, harapan-harapan tersebut
tidak semuanya dapat terwujud. Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14 Kota
Kupang, terkhususnya di kelas VIII, tidak semua peserta didik dapat memahami
dan menulis puisi dengan baik. Mereka belum mampu menulis puisi yang menarik
dengan memerhatikan unsur-unsur pembentuk puisi. Akibatnya, banyak peserta
didik yang tidak dapat mencapai hasil belajar sesuai kriteria ketuntasan
minimum.
Persoalan di atas disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya metode mengajar yang tidak sesuai dengan kondisi peserta didik.
Tidak jarang, Penulis, selaku guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia,
menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik
cepat merasa jenuh dan bosan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka Penulis
menerapkan terobosan dalam pembelajaran berupa teknik pengamatan objek langsung.
Teknik pengamatan objek langsung merupakan sebuah
metode yang dilakukan dengan mengamati sebuah objek secara langsung. Proses pengamatan
tersebut bisa merujuk pada benda, peristiwa, dan atau kejadian secara langsung.
Objek pengamatan bisa bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran. Teknik ini
juga dapat dijalankan secara perorangan ataupun kelompok (Suyatno, 2004).
Pada umumnya, penerapan teknik ini sangat membantu
peserta didik dalam memahami keadaan lingkungan sekitarnya. Kegiatan belajar
dan mengajar pun menjadi lebih dinamis, menarik, dan tidak membosankan. Selain itu,
peserta didik juga dapat melatih daya pikir kritis dan analitis terhadap
hal-hal yang terjadi di sekitarnya sesuai hasil pengamatan.
Penerapan teknik pengamatan objek langsung ini diawali
dengan pemberian arahan awal oleh Penulis beserta materi menulis puisi yang
akan dipelajari. Para peserta didik akan diarahkan untuk menulis puisi dengan
memerhatikan unsur-unsur di dalamnya, seperti tema, judul, pemilihan kata
(diksi), gaya bahasa, rima, dan makna/pesan.
Selanjutnya, para peserta didik akan diajak untuk
keluar dari ruangan kelas dan melakukan pengamatan objek secara langsung di
halaman sekolah selama 15 menit. Pada tahap ini, mereka akan mencatat hal-hal
penting yang dapat membantu atau dijadikan referensi dalam menulis puisi. Kemudian,
para peserta didik diminta untuk kembali ke dalam kelas dan mulai menulis puisi
berdasarkan objek yang diamati.
Peserta didik akan mulai menentukan tema. Tema merupakan
acuan dalam pembuatan judul dan penyusunan isi puisi. Setelah menentukan tema,
peserta didik diarahkan untuk menentukan kata kunci dan diksi atau pemilihan
kata. Selain itu, peserta didik juga dapat menggunakan majas atau gaya bahasa
tertentu. Gaya bahasa tersebut dapat memberikan efek tertentu bagi para pembaca
atau pendengar. Kemudian, peserta didik diminta untuk menentukan rima, seperti
pengulangan bunyi dengan sajak a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-a-b.
Selama proses pengamatan objek dan menulis puisi,
Penulis hanya berperan sebagai fasilitator yang mendampingi para peserta didik.
Kegiatan pembelajaran pun selalu tertuju dan berpusat pada peserta didik.
Mereka diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkreasi dan
berimajinasi sesuai hasil pengamatan objek langsung. Setelah mereka berhasil
menulis puisi, maka Penulis meminta masing-masing dari mereka untuk membacakan
hasil karyanya di depan kelas.
Setelah menerapkan teknik pengamatan objek langsung
ketika menulis puisi, Penulis menemukan adanya perubahan di kalangan peserta
didik. Semua peserta didik dapat memahami dan menulis puisi dengan baik. Mereka
mampu menulis puisi yang menarik dengan memerhatikan unsur-unsur pembentuk
puisi. Selain itu, banyak peserta didik yang dapat mencapai hasil belajar
sesuai kriteria ketuntasan minimum.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
teknik pengamatan objek langsung sangat efektif dalam penulisan puisi. Teknik tersebut
dapat dikembangkan oleh guru untuk meningkatkan minat belajar peserta didik. Peserta
didik menjadi lebih terbiasa dalam mengikuti pembelajaran, sebab pokok-pokok
materi yang dipelajari selalu berdasar atau bersumber dari lingkungan
sekitarnya. Oleh sebab itu, kegiatan menulis bisa dimulai dari hasil pengamatan
langsung, pengalaman, dan imajinasi guna menghasilkan karya tulis yang
berkualitas. (MDj/red)
0 Comments