Ilustrasi kertas usang. |
Kertas
itu adalah Aku
Puisi Aurel Putri E. Bate’e*
Aku
bagai kertas yang kosong.
Walau
aku hanyalah kertas kosong,
aku
terlihat putih dan bersih.
Orang-orang
sering menggunakan aku untuk menulis.
Akan
tetapi, jika aku sudah tidak digunakan,
maka
aku dibuang begitu saja.
Yah,
itu adalah aku.
Aku
yang sering disakiti, dijatuhkan,
dan
diremehkan begitu saja.
Kertas
yang diramas dan dibuang begitu saja,
begitu
juga aku.
Bila
hatiku disakiti, aku tetap tersenyum.
Hatiku
bagai kertas yang diramas-ramas,
dibuang
tetaplah utuh.
Yah,
aku,
akulah
kertas kosong.
*Peserta didik kelas
VII.
Guruku
Puisi Marselyno A.
Radja*
Guruku,
terima
kasih kuucapkan padamu, Guruku yang tulus.
Ilmu
yang berguna selalu kau limpahkan kepadaku
untuk
bekalku nanti.
Setiap
hari, aku dibimbing oleh Guruku
agar
tumbuhlah bakatku.
Akan
kuingat selalu nasehat Guruku.
Terima
kasih, Guruku.
Engkaulah
pahlawan tanpa tanda jasa.
*Peserta didik kelas VIII.
Senja
Puisi Gyametta Data*
Senja,
kau
sangatlah indah.
Walau
kau akan tergantikan oleh malam,
kau
selalu berjanji untuk kembali.
Senja,
kau
memberikanku ketenangan
saat
aku melihatmu.
Kau
disukai semua orang.
*Peserta didik kelas VIII.
Sahabatku
Puisi Clarisa F. E.
Taneo*
Ada
seorang anak
terjebak
dalam masalah orang tuanya.
Anak
itu adalah sahabatku,
ia
tidak pernah meminta nasibnya seperti itu.
Namun,
ceritanya belakangan membuatku gaduh,
seakan
aku pun bisa merasakan sakit yang sama,
walau
tak mungkin sama dengannya.
Sahabatku,
mungkin
dunia ini tidaklah adil,
tapi
percayalah,
akan
ada pelangi sehabis hujan.
*Peserta didik kelas VIII.
Tetaplah
di Sini, Sahabat!
Puisi Mario Putra Hane*
Wahai,
Sahabatku,
terima
kasih telah menemaniku
saat
suka dan duka.
Namamu
akan abadi dalam kenang.
Waktu
yang kita jalani bersama
tidak
akan kulupakan.
Wahai,
Sahabatku,
jangan
pergi!
Tetaplah
bersamaku di sini!
*Peserta didik kelas VIII.
Ibu
Puisi Younelce M.
Soares*
Oh
Ibu,
engkau
adalah pelita
yang
menerangiku dalam kegelapan,
kesunyian,
dan kehampaan hidupku.
Engkaulah
satu-satunya
yang
paling berharga dalam hidupku.
Engkau
menjaga dan merawatku.
Terima
kasih, Ibu,
malaikat
tak bersayapku.
*Peserta didik kelas VII.
Tamanku
Puisi Selviana R.
Batista*
Tamanku,
begitu
indah pesonamu.
Kau
bagaikan mentari
yang
melintasi jalanan.
Oh,
Tamanku,
anak-anak
sangat menyukai engkau.
Mereka
bermain, bersenang-senang di sekitarmu.
Oh,
Tamanku,
jangan
pernah menghilang dariku,
karena
denganmu
hari-hariku
bertambah indah.
*Peserta didik
kelas VIII.
Sahabat
Kecilku
Puisi Zhen Quiero
Mardiono*
Sahabat
kecilku,
engkau
telah menemaniku
saat
suka maupun duka,
senang
maupun sedih.
Sahabat
lamaku,
sudah
lama kita tak berjumpa,
terpisah
jarak dan waktu.
Dulu,
kita bersenda gurau bersama,
berlari-lari,
melompat-lompat,
dan
bermain bersama.
Walau
sekarang kamu entah ke mana,
namamu
tetap akan terukir dengan indah di hatiku.
Semoga
kita dipertemukan di lain waktu.
*Peserta didik kelas
VII.
(red)
0 Comments