Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Jigsaw, Solusi Meningkatkan Keaktifan Belajar IPAS pada Peserta Didik

 

Oleh : Agustina Da Crus, S.Pd.

(Guru SDK Rosa Mystica, Kota Kupang)  



CAKRAWALANTT.COM - Saat ini, perkembangan dunia pendidikan terus berlangsung dengan pesat. Berbagai perubahan terus terjadi tanpa mengenal batas. Model dan metode pembelajaran pun mengalami kemajuan seiring dengan pesatnya arus informasi dan referensi belajar. Guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran (teacher centered), sebab kiblat pembelajaran kini berpusat pada peserta didik (student centered) sebagai subyek pendidikan.

 

Perubahan konsep pembelajaran tersebut juga terjadi pada pembelajaran IPAS. IPAS atau Ilmu Pengetahuan Alam dan Soaial adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji mahkluk hidup dan benda mati di alam semesta serta interaksinya, dan mengkaji kehidupan manusia sebagai individu sekaligus mahkluk sosial yang berinteraksi dengan lingkungannya (https://kurikulum.kemdikbud.go.id).     

 

Dalam pembelajaran IPAS, peserta didik diharapkan dapat memahami semua materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu, peserta didik juga harus berinteraksi secara aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar. Hal itu sesuai dengan konsep pembelajaran saat ini yang menekankan keaktifan dan kreativitas peserta didik.

 

Namun, pada kenyataannya, tidak semua peserta didik dapat mewujudkan harapan-harapan tersebut. Di Sekolah Dasar Katolik (SDK) Rosa Mystica, Kota Kupang, terkhususnya di kelas V B, pada pembelajaran IPAS, terutama materi sistem pernapasan dan pencernaan makanan, masih terdapat beberapa peserta didik yang belum sepenuhnya terlibat aktif. Sesuai data, dari 24 peserta didik, hanya 5 orang yang aktif dan cepat tanggap, sedangkan yang lain enggan memberikan umpan balik.

 

Berangkat dari persoalan tersebut, Penulis mencoba untuk menerapkan salah satu model pembelajaran yang tepat sebagai solusi meningkatkan keaktifan belajar IPAS pada peserta didik. Model pembelajaran tersebut adalah jigsaw. Model pembelajaran jigsaw didasarkan pada bentuk struktur multifungsi kelompok belajar yang kemudian dapat digunakan dalam beberapa hal untuk mencapai tujuan. Struktur jigsaw sendiri dapat menciptakan saling ketergantungan karena bersifat kooperatif (Juniardi, 2003).

 

Menurut Isjoni (2009), jigsaw dapat mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam berpikir dan bertindak, sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal. Pada pelaksanaannya, para peserta didik akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari beberapa anggota ahli yang berperan sebagai informan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Adapun beberapa langkah praktis jigsaw yang Penulis lakukan dalam kegiatan pembelajaran IPAS di kelas adalah sebagai berikut.

 

Pada pertemuan pertama, Penulis menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran kepada para peserta didik. Selanjutnya, Penulis mulai membagi para peserta didik ke dalam kelompok-kelompok asal. Teknik yang digunakan dalam membagi kelompok adalah dengan menghitung peserta didik secara berurutan (1-6). Kemudian, Penulis mengarahkan peserta didik untuk duduk dalam kelompok asal dan memberikan materi-materi pelajaran yang perlu dikaji.

 

Untuk diketahui, materi-materi yang disampaikan adalah materi sistem pernapasan yang meliputi: organ sistem pernapasan dan fungsinya, mekanisme pernapasan, penyakit dan cara merawat sistem pernapasan, serta materi sistem pencernaan yang meliputi: organ pencernaan dan fungsinya, mekanisme pencernaan makanan dan nutrisi, beserta penyakit dan cara menjaga kesehatan sistem pencernaan makanan. Dengan demikian, terdapat 6 kajian materi yang dibagikan.

 

Pada pertemuan kedua, Penulis meminta masing-masing kelompok untuk mengkaji materi yang telah dibagikan, dimana satu kelompok hanya mendalami satu kajian materi. Proses pengkajian tersebut dapat dilakukan di perpustakaan maupun di dalam kelas melalui berbagai sumber/referensi belajar, seperti buku, internet, dan lain-lain. Setelah itu, mereka akan saling berdiskusi dan membuat rangkuman atas materi yang telah dikaji tersebut. Pada tahap ini, peserta didik akan berkolaborasi dan membangun kerja sama, sehingga akan terbiasa untuk terlibat aktif dan bersemangat dalam belajar.

 

Pada pertemuan ketiga, Penulis akan mengarahkan para peserta didik untuk melakukan diskusi internal dengan menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Di dalam LKPD tersebut, terdapat daftar pertanyaan panduan terkait materi sistem pernapasan dan peredaran darah. Pada tahap ini, Penulis akan mengobservasi sejauh mana peserta didik memahami materi pelajaran sekaligus menilai rasa tanggung jawab dan keaktifan belajar dalam kelompoknya masing-masing.

 

Kemudian, pada tahap akhir, Penulis memberikan kesempatan kepada setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kajian materi yang telah dirangkum. Lalu, seusai presentasi, kelompok lain yang menyimak diberikan kesempatan untuk menanggapi. Setelah itu, Penulis memberikan kuis dan penilaian serta mengapresiasi para peserta didik dengan penghargaan.

 

Setelah menerapkan model pembelajaran jigsaw, Penulis menemukan adanya perubahan, dimana para peserta didik mulai bersemangat dan aktif dalam mempelajari IPAS. Selain itu, mereka juga memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Hal itu menunjukan bahwa model pembelajaran jigsaw bisa meningkatkan keaktifan belajar IPAS pada peserta didik.

 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran jigsaw sangat bemanfaat dalam setiap pembelajaran. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan sosok guru yang berperan sebagai fasilitator dan motivator. Guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi juga memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik. Sebagaimana konsep student centered dalam pendidikan saat ini, pembelajaran sudah seharusnya berlangsung dengan aktif dan menyenangkan. (MDj/red)


Post a Comment

0 Comments