Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Gandeng Universitas Katolik Parahyangan, UNWIRA Adakan Seminar Budidaya Maggot

 



Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Universitas Katolik Widya Mandira bekerja sama dengan Universitas Katolik Parahyangan mengadakan seminar bertajuk “Pengolahan Limbah Organik Melalui Budidaya Maggot” yang berlangsung di Aula St. Paulus, Lantai 4, Gedung Rektorat UNWIRA, pada Sabtu, (04/11/2023). Seminar ini merupakan bagian dari program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKBM) Program Studi Kimia.


Pembicara pada seminar tersebut ialah Guru besar Universitas Katolik Parahyangan, Prof. Dr. Ir. Judy Retti B. Witono, M.App.Sc., Praktisi Harmoni Farm, Rudi Tjuatja, dan Praktisi GEMI 0418, Alexius Aben. Turut hadir, Ahmad Likur selaku Ketua Bidang Pengolahan Sampah dan Limbah B3, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Kupang.


Wakil Rektor Bidang Sumber Daya dan Keuangan UNWIRA, Dr. Yolinda Yanti Sonbay, S.E., M.Sc., dalam pembukaan seminar, menyampaikan kekhawatirannya terhadap penumpukan sampah di Kota Kupang yang diketahui dapat mencapai 218 ton setiap hari.



"Oleh karena itu, pada akhirnya Kota Kupang dinobatkan sebagai kota terkotor, sehingga kami merasa kegiatan ini sangat penting," terangnya.


Menanggapi masalah tersebut, ia menjelaskan bahwa UNWIRA telah berupaya mencari beberapa solusi, salah satunya dengan mendorong partisipasi mahasiswa untuk mengumpulkan dan menabung sampah.


"Kurang lebih ada 200 mahasiswa yang sudah terlibat dalam aksi ini dengan lebih dari 1.000 kilogram sampah yang terkumpul. Sampah itu dibawa ke bank Sampah Mutiara Timor yang merupakan mitra UNWIRA," jelasnya.



Ia berharap, seminar ini akan menambah pengetahuan UNWIRA dalam mengelola limbah organik melalui budidaya maggot.


Dalam sesi materi, Professor Judy mengulas maggot dari sisi ilmiahnya. Menurutnya, peserta yang mengikuti seminar perlu tahu bagaimana melihat maggot dalam kacamata ilmiah.


“Jika berbicara tentang maggot maka kita tidak bisa lepas dari spesies lalat. Dan yang akan kita bahas di sini adalah lalat tentara hitam karena lalat inilah yang akan menghasilkan maggot dalam siklus hidupnya," terang Guru Besar Universitas Katolik Parahyangan tersebut.


Ia juga menekankan pentingnya budidaya maggot sebagai bentuk kepedulian terhadap sampah.



Selanjutnya, Alexius Aben, pembicara di sesi kedua, mengajak peserta yang hadir untuk melihat budidaya maggot sebagai peluang bisnis.


"Kalau maggot yang proteinnya agak tinggi itu bisa 100 ribu per kilo," ujarnya.


Menurutnya,  jika maggot dikelola dengan teknologi berskala industri akan dapat menghasilkan produk makanan alami dan higenis yang bisa dikonsumsi oleh manusia.


Pada saat yang bersamaan, ia mempraktikan secara langsung cara merawat telur lalat tentara hitam sebelum menetas menjadi maggot.


Seminar ini ditutup dengan penerimaan cendera mata berupa piagam dan sertifikat kepada para pemateri, serta buku karangan Professor Judy yang berjudul “Sisi Ilmiah Maggot kepada para peserta yang aktif dalam diskusi pada seminar tersebut. (Berti Rinha/Ocha Saru/MDj/red)


Post a Comment

0 Comments