Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

GURU SMP NEGERI BALAWELING GELAR PRAKTIK PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 

(Foto: Suasana Workshop Pembelajaran Berdiferensiasi di SMP Negeri Balaweling)


Flores Timur, CAKRAWALANTT.COM - Kelompok Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Balaweling, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, menggelar praktik (peer teaching) pembelajaran berdiferensiasi usai mengikuti workshop terkait pembelajaran berdiferensiasi selama 3 hari, yakni Kamis-Sabtu (2-4/2/2023), di Aula SMP Negeri Balaweling. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 13 guru lintas mata pelajaran dan kelas.

 

Workshop yang dihadiri oleh Narasumber Muhammad Soleh Kadir, S.Pd.,Gr., selaku lulusan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2, Pengajar Praktik Angkatan 6, dan Pendidikan Profesi Guru tahun 2021, tersebut terdiri dari materi “Asesmen Diagnostik”, “Mengenal Profil Belajar Siswa”, “Pembelajaran Berdiferensiasi”, dan “RPP Berdiferensiasi”.

 

Dalam arahannya, Muhammad Soleh Kadir, S.Pd.,Gr. menerangkan bahwa Workshop Pembelajaran Berdiferensiasi tersebut bertujuan untuk mendorong guru menggelar pembelajaran yang sesuai dengan keinginan peserta didik. Pembelajaran tersebut, ujarnya, tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas, sehingga guru wajib mengemas materi pembelajaran secara menyenangkan. Misalnya, ketika para peserta didik ingin bermain game online, tambahnya, maka guru harus membuat game online yang bernuansa edukatif.    

 

Para guru yang mengikuti workshop tersebut memberikan perkembangan yang luar biasa dalam hal pemahaman dan praktik pembelajaran yang sesuai dengan esensi pembelajaran berdiferensiasi. Adapun pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang selaras dengan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yakni menghamba kepada anak. Artinya, guru harus benar-benar melayani kebutuhan belajar peserta didik secara ikhlas dan penuh tanggung jawab. Selain itu, guru juga harus menyadari bahwa setiap anak memiliki kodrat alam dan kodrat zaman yang menjadi pijakan guru dalam mengemas pembelajaran.



Menjadikan Guru Lebih Kreatif

 

Sementara itu, salah seorang guru yang menjadi peserta workshop, Maria Anita Barek Boro Tukan, S.Pd., mengungkapkan bahwa workshop tersebut dapat menjadikan guru lebih inspiratif dalam mengemas pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai kebutuhan belajar peserta didik.

 

Hal itu, terangnya, didorong oleh esensi pembelajaran berdiferensiasi yang dimulai dengan asesmen diagnostik dimana guru membagikan angket untuk mengetahui minat dan profil belajar peserta didik. Sedangkan, guru, tambahnya, harus membagikan soal pre-test yang dikerjakan oleh peserta didik guna mengetahui kompetensi awal peserta didik sebelum guru melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.

 

Ia menerangkan bahwa para peserta workshop sangat antusias mengikuti setiap pemaparan materi yang diberikan oleh Narasumber. Para guru diarahkan untuk menonton video, mengerjakan soal pre-test melalui google form, bermain game online bernuansa edukasi, membuat soal pilihan ganda menggunakan google form, membuat soal dengan menggunakan QR Code (barcode), melakukan ice breaking yang menyenangkan, serta melakukan praktik pembelajaran di hadapan peserta dan narasumber.

 

Para peserta tampak bersemangat dalam mengikuti materi, membuat perangkat, dan melakukan praktik pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran, peserta menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Hasilnya kelas menjadi sangat hidup dan gembira, tetapi suasana pembelajaran tetap terasa karena dalam permainan yang diberikan guru, terdapat materi-materi yang terkandung dalam bahan ajar tersebut.



Guru Harus Mengubah Pola Pembelajaran

 

Di sisi senada, Kepala SMP Negeri Balaweling, Yohanes Ara Kian, S.Pd., berharap agar dengan diakhirinya Workshop Pembelajaran Berdiferensiasi tersebut, para guru bisa melakukan praktik pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas dengan tidak lagi menggunakan pola berceramah di depan kelas, melainkan membimbing peserta didik di dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk itu, tegasnya, para guru harus mampu mengubah pola pembelajaran menjadi lebih menyenangkan tanpa mengubah substansi dari mata pelajaran yang diajarkan.

 

Pembentukan kelompok pun berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik. Kelompok visual menggunakan bahan ajar dari buku teks, kelompok auditory menggunakan video pembelajaran, dan kelompok kinestetik menggunakan poster. Proses pendampingan belajar peserta didik di dalam kelompok pun harus mempertimbangkan kesiapan belajar (kemampuan kognitif) yang terdiri dari tiga tingkatan, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

 

Di akhir pembelajaran, peserta didik menghasilkan produk juga tidak lagi ditentukan oleh guru bahwa semuanya harus makalah atau harus poster, tetapi diberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih mau menggunakan yang mana, baik itu makalah, simulasi, demontrasi, bermain peran, atau power point. Inilah yang dinamakan dengan pembelajaran berdirensiasi.

 

Dalam praktik pembelajaran ini, sebagian guru menjadi praktikan atau guru yang mengajar, sedangkan sebagian lainnya menjadi observer atau pengamat dan peserta didik. Praktik pembelajaran ini berjalan secara bergiliran dari satu guru ke guru lainnya setelah itu diberikan tanggapan oleh observer dan Narasumber. (MDj/red)


Post a Comment

0 Comments