Kumpulan Puisi Peserta Didik SMA Negeri 2 Macang Pacar
IMAJI TIDUR
Puisi Tresia
A. Tenawahang*
Izinkan aku mengulang cerita kemarin,
melepas segala penat.
Izinkan jemariku menari
di atas putihnya panorama.
Sesempat mungkin kuhilangkan,
karena tak percaya?
Sesempat mungkin aku kembali,
mungkin karena percaya?
Syair terbaikku hanyalah mengisah
fajar, senja, malam.
Ungkapan pelik karena kelam
kuutarakan semoga.
Jika bukan datang
mungkin tiada hilang.
Jika bukan hilang,
mungkin tiada datang, bukan?
Biarkan aku dan mereka
menikmati permainan melodi
yang begitu indah.
Atau. . .
Jika mungkin
biarkan aku terdiam sejenak.
Batinku seakan memungut
detik demi detik kisah.
Mencari jawaban tak kunjung usai
Akhirnya, kau mengungkapkan
siapa dia, siapa kita, siapa mereka,
menyadarkan imaji tidurku.
Jika bukan kita,
tentu juga bukan mereka.
Penikmat. . .
Jemarimu terlalu berharga
‘tuk sekedar menikmati.
Melangkah jika bisa
karena pasrah tak akan berkuasa.
*Penulis
adalah peserta didik kelas XII IPA
BANGKIT UNTUK NEGRI
Puisi Febryani Jemian*
Wahai anak-anak negeri,
di pundakmu ada ribuan asa,
pada seragam putih abumu,
‘kan kau raihkan langit meski tinggi.
Janganlah putus asa!
Jadikanlah mimpimu nyata!
Hidup sejati tangguh senantiasa.
Bangkitlah tanpa lelah!
Jadikanlah perjuanganmu berharga!
Kau. . .
harus menjulang ke angkasa tinggi.
Perjuangkan!
Andai kamu jatuh,
anggap takdir yang berkuasa.
Entahlah. . .
sindiran, ejekan terngiang di telingamu.
Biarlah rintangan juga tantangan
terus menjamu.
Tapi, kamu. . .
berdirilah tegak ‘tuk meraih citamu!
*Penulis
adalah peserta didik kelas XI IPA 2
MIMPI DAN KEPASTIAN
Puisi Diana Y.
Dino*
Kini, aku terpuruk dalam kegagalan.
Impian dan harapan tak kunjung terwujud.
Asaku tak mampu lagi merajut.
Semangatku mulai pudar.
Kesabaranku sudah berkurang,
ragaku perlahan lemah.
Ingin kumenangis,
Tapi itu hanya merugikanku.
Kapankah aku sukses?
Pertanyaan yang selalu menggema
dalam telingaku.
Aku menjadi takut ‘tuk bermimpi,
takut jika mimpi tak terwujud,
harapan tak ada kepastian.
Namun, aku tak akan gentar,
aku tak akan menyerah,
aku harus bisa. . .
bangkit, bangkit dan bangkit.
Percaya semua kan indah
pada waktunya.
*Penulis
adalah peserta didik kelas X IPA B
MERAJUT MASA DEPAN
Puisi Angela
L. Seliawan*
Hai generasi muda, cahaya bangsa,
jadilah pelita dalam kegelapan!
Jadilah butiran mutiara bagi bangsa!
Ingat!
Pendidikan adalah mutiara hidupmu,
belajar adalah kunci kesuksesanmu,
kelemahan bukanlah suatu pukulan
yang membuatmu tidak bias.
Namun, kelemahan adalah kekuatan
yang kamu miliki.
Teruslah meraih mimpi merajut masa depan!
Berkompetisilah!
Ingat!
Tanpa pendidikan dunia tidak akan berubah.
Jangan kaku lantaran malu!
Jangan diam beralasan ragu!
Jangan berharap seperti malu tak tau malu!
Itulah pribahasamu yang dapat memotivasiku.
Mari!
Bangkit!
*Penulis
adalah peserta didik kelas X IPA A
AKAN KURAIH
Puisi Felisia
Rati*
Kalbu kini terdayuh,
jelampah karena mala.
Demimu, si zamin,
Bagastara rela
mempertaruhkan nyawanya.
Walau banyak tantangan
yang menghadang,
rintangan datang menghampiri,
aku akan bangkit
meraih angan-anganku,
menggapai mimpiku,
menuju masa depan yang cerah.
Kau si rembulan,
lihatlah perjuanganku!
Tak akan kumenyerah,
akan kuraih angan-anganku.
*Penulis adalah
peserta didik kelas XII IPS C
KUTU BUKU
Puisi
Marselina D. Anum*
Sesobek kertas telah diberikan,
seuntai tulisan juga berada di dalamnya.
Duhai anak yang malang,
kenapa kau diam saja?
Kenapa kertas itu hanya kau simpan?
Sungguh, banyak harapan terpendam.
Ilmu maha luas telah tertulis.
Namun sayang. . .
kau malas membaca.
Malang. . .
sungguh malang.
Dirimu pemula.
Dunia begitu luas,
ilmu pun begitu terbentang.
Sungguh dunia telah berkata,
kau ingin tahu isiku?
Kau ingin mengerti tentang dunia ini?
Malang beribu malang,
kau malah lalai membaca.
Duhai anak yang malang,
Bangkitlah sekarang!
Buanglah rasa malasmu!
Wawasan luas telah menanti,
lawanlah jiwa kotormu itu!
Demi tercapainya sebuah impian.
*Penulis
adalah peserta didik kelas X Bahasa B
TETAPLAH BERJUANG
Puisi
Ermilinda Imung*
Saat seberkas sinar membias bumi,
kau melangkah penuh percaya diri.
Perjuanganmu penuh jalan mendaki.
Namun, kau berusaha menyusuri.
Tanpa gelisah,
teringat kisah,
membuatmu bangkit
dari rasa lelah,
kisah yang membuatmu patah.
Deraian aksa
yang membuatmu basah
kini berpetualang
mencari jejak penuh cerah.
Wahai petualang muda,
walau badai menghadang,
gelombang terjang menerjang,
pelayaran semakin berat,
Tetaplah berjuang!
Walau rintannganmu terus meluap,
tetaplah berpetualang!
Jangan lena sampai tujuan!
Petualang muda,
kau titipan Tuhan,
bahumu bisa menahan semua cobaan,
tunjukan kekuatan tanpa batasan!
Agar kau tak terjerumus
dalam kehancuran.
Kobarkan semangat!
Tingkatkan kesabaran!
Yakin, kau pasti menemukan
gua yang penuh mutiara.
*Penulis
adalah peserta didik kelas XII IPS C
BANGKITLAH JADI PEMENANG
Puisi Astrivo
Nofesa Sulti*
Wahai jiwa lara,
tersenyumlah di serak rasamu!
Bangunlah dari nina bobo!
Sambutlah mentari pagi penuh semangat!
Wahai jiwa yang terjerat sekam,
janganlah berlarut dalam penyesalan!
Hajarlah rasa sunyimu!
Bunuhlah rasa kecewamu!
Wahai jiwa yang teramat sepi,
Beranjaklah!
Kepalkan tanganmu!
Hancurkan kerikil-kerikil tajam itu!
Robohkan jembatan sunyi dalam diri!
Buktikan diri! Tunjukan potensi!
Janganlah terjebak dalam halusinasi!
Tajamkan panca indramu akan perubahan negeri!
Berdirilah di atas kegagalan yang pernah ada!
Ingatlah hai jiwa pemenang!
Kegagalan bukan untuk ditangisi,
air mata bukan senjata ampuh
menuju pelangi yang didambakan!
Bangkitlah jiwa pemenang!
Bungsungkan dadamu!
Kejarlah cita mewangi!
Berlarilah meraih anganmu!
*Penulis
adalah peserta didik kelas XII IPS B
TANAH AIR KUBANGGA
Puisi Angela
Merici*
Pada waktu sirnah,
Si Saka Merah Putih
berkibar laksana embun
menyapa sang mentari pagi.
Gentar tak gentar
menyerang majulah menang,
itulah peganganmu kala itu.
Tunas bangsamu kian bertengger
dalam kelamnya perkembangan zaman.
Kini, jiwa rusuh lantaran alpa
berceceran kertas noda hitam palsu.
Uh. . .
untain penuh drama
menelisik asa,
menoreh alur demi alur
tentang kisah yang terus berderai.
Kerap waktu pun tak memihak.
Perlahan lapuk,
hirap. . .
tanpa tahu makna arti pujangga.
Bangkitlah generasiku!
Bakarlah segala kemalasan!
Dalam kobaran api yang menyala.
Landaskan semangatmu!
Tunjukan baktimu pada pujangga!
Bersoraklah bernyanyi riang!
Tanah air yang aku banggakan.
*Penulis
adalah peserta didik kelas XII IPS A
JANGAN MENYERAH
Saat kaki mulai beranjak
ke sebuah arah
yang menunjukan
masa depan cerah,
yang menghantarkan raga
ke kehidupan yang lebih baik.
Entah kenapa
ragaku begitu ragu,
jiwaku begitu letih dan lesu
seakan ingin meremukan cita-citaku,
menghalangi masa depanku.
Namun, hati berkata,
teruslah melangkah!
Teruslah berjuang!
Teruslah bangkit!
Teruslah mencoba
untuk mewujudkan cita cita!
Jangan menyerah!
Karena di sana
ada secercah harapan.
*Penulis
adalah peserta didik kelas XII Bahasa
AKU
ADALAH DIRIKU
Puisi Simforianus R. Bego*
Sederhana,
sangatlah sederhana
hingga tak ada yang bisa
menyadarinya.
Aku
hanya butuh sendiri untuk kuat,
aku hanya butuh tenang
untuk
menjadi menang.
Saat
diriku jatuh,
aku mencari caraku
agar kuat dan bangkit
kembali.
Kuharap
setiap tingkahku
tidak akan mengubah
apapun,
hanya sesuatu yang lebih
membaik.
Biarlah
aku menang dengan usahaku,
kau boleh menjadi juri
untuk menilaiku,
mencari kesalahanku,
lalu memberi koreksi.
Aku
akan tetap bangkit,
aku akan berjanji pada
dunia,
tidak akan ada lagi
jatuh
pada
setiap usahaku
*Penulis
adalah peserta didik kelas XI
Bahasa A
BHINNEKA
TUNGGAL IKA
Puisi Viktoria Karos Kalou*
Di
masa lalu yang kelam,
negeri ini di jajah, diancam,
dan dipandang sebelah
mata
oleh tuan yang bertahta.
Pemuda
pun bangkit dan bersumpah
untuk menjadikan negeri
yang faedah
dalam Bhinneka Tunggal Ika
yang mengaku satu tanah
air,
satu
bahasa dan satu bangsa.
Hai,
engkau pahlawan
yang selalu semangat
melawan
mereka yang penjajah,
mereka yang angkuh,
dan kini engkau telah
merebut kembali
tanah air ini
dan kami pemudamu akan
menjaga
tanah air ini
dan kami pemudamu akan
menjaga
tanah air ini bersama.
*Penulis
adalah peserta didik kelas XI Bahasa A
BANGKIT
BERSAMA MENUJU CAKRAWALA
Puisi Fransiskus Nardus*
Dari
ufuk timur terlihat sang mentari
perlahan menghampiriku,
menyejukan hati yang
kian lama rapuh.
Kuterbangun
dari lelapku
sembari
menikmati secangkir kopi
hangatkan
suasana.
Menghadirkan
sejuta inspirasi dalam diri,
melahirkan seribu asa
yang hendak kugapai.
Kini, kubersiaga
menempuh jarak yang akan
kutempuh.
Kerikil-kerikil
jalan akan ku telusuri
dengan
semangat yang menjiwai.
Tak
kuhiraukan tetesan keringat yang menderai
dan goresan luka yang
menggores
di setiap lembaan hati.
Dan
teruntukmu,
Hei. . .
kau generasi penerus
bangsa,
bangkitlah dari
kerapuhanmu!
Jangan
pernah menyerah!
Jatuh, bangkit kembali!
Gagal, coba lagi!
Jangan
kau jadikan rintangan
sebagai alasan tapi
jadilah itu
sebagai
fundasi dasar
‘tuk menggapai kesuksesan.
Bukan
hanya aku,
bukan dia,
bukan juga mereka,
tapi, kita.
Mari
bersama merajut mimpi,
merobek cakrawala,
sampai waktu menempatkan
kita
pada
titik itu, yaitu keberhasilan.
*Penulis
adalah peserta didik kelas XII
BHS A
MIMPI
YANG MASIH DI TEMPUH
Puisi Adelheid Ratna Sari*
Bilamana
mentari bangun pagi,
Aku telah berlari memulai
hari.
Mentari
tersenyum menyemangati
diiringi syahdu burung
bernyanyi.
Walau
kerikil tajam kutemui,
walau angin pagi menusuk
tubuh ini,
walau hujan membasahi
badan ini,
walau ransel membebani
raga ini.
Namun, tak kukenal kata lelah.
Semakin kilat kuberlari
menuju sekolah yang
menanti,
tempatku menuntut ilmu ‘tuk nanti.
Berjuang
demi masa depan,
berjuang untuk meraih
harapan,
menuntut ilmu yang
bermanfaat
tanpa menyerah walau
kadang lelah.
Hei, generasi bangsa,
perjalananmu masih
panjang.
Tempuhlah
mimpimu!
Menembus
cakrawala
yang
tak kenal batas.
*Penulis
adalah peserta didik kelas X BHS B
BANGKIT
Puisi Adrianus O. Malut*
Sunyi, gersang reduh,
itulah diriku.
Dua
belas tahun sudah
mengembang
ilmu
dengan rasa pilu.
Diriku
hanyalah insan biasa
yang
masih kaku dalam mencarimu
di
negeri ini aku menutut ilmu.
Bukan
hanya aku,
bukan dia,
bukan juga mereka,
tapi kita.
Aku
harus bangkit,
bangkit
dan bangkit
dari kemalasanku
yang
mengelilingi diriku ini.
Di
sini bukan masalah
gelar
ataupun
pangkat yang kita perjuangkan,
tetapi mencari hal baru
dalam
sebuah titik temu.
Kini
menjadi saksi bisu
dalam
perjuanganku
mencapai
nilai yang sempurna
bukan
hal yang mudah.
Jangan
biarkan otak kalian
membeku
hingga menjadi abu.
Asalah
layaknya pisau yang tajam
yakin
bahwa kita
bisa
bangkit dari ke malasan.
*Penulis
adalah peserta didik kelas XI IPS B
(Kumpulan
puisi ini merupakan bagian dari proses kreatif para peserta didik dalam
ekstrakurikuler literasi di Komunitas Sadana SMA Negeri 2 Macang Pacar,
Manggarai Barat. Publikasi puisi-puisi ini juga menjadi cara yang kreatif dalam
merayakan Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia)
(MDj/red)
0 Comments