Oleh Simeon Sion
Habis gelap,
terbitlah terang. Sepenggal kalimat ini oleh sebagian besar anak bangsa sudah
menjadi ikonik seorang Kartini sebagai tokoh pejuang emansipasi wanita
Indonesia. Oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno ia ditetapkan sebagai salah satu dari
deretan pahlawan Nasional Indonesia sesuai dengan Ketetapan Presiden RI Nomor 108 Tanggal 02 Mei
1964.
Hari kelahirannya 21
April diperingati sebagai hari
besar nasional dan wajib diperingati. Wanita kelahiran Jepara tahun 1879 ini
telah memiliki dedikasi yang tinggi bagi bangsa Indonesia sebagai pencetus
persamaan gender antara kaum wanita dan kaum pria. Penindasan atas dasar adat
istiadat telah mengurung kebebasan kaum wanita untuk memiliki kedudukan yang
sama dengan kaum pria.
Ia menentang adat atau kebiasaan dijamannya yang
mernedahkan martabat kaum wanita sebagai busak seks, sahabat dapur dan pembantu
laki-laki. Ia menentang kaum wanita yang terpasung harkat dan martabatnya tak
bisa menatap dunia luar atas dasar hegemoni lelaki semata. Sebagai wanita yang
cerdas ia tak menyiakan-nyiakan kapal Belanda sebagai penjajah yang keluar masuk
Indonesia saat itu. Ia bertukar ilmu dengan wanita-wanita Belanda guna menyelaraskan
buah pikirannya demi kemajuan wanita Indonesia. Ide-ide brilian ini akhirnya dinoktahkan
dalam sebuah buku berjudul Door
Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).
Perjuangan Kartini
tak bisa dipatahkan oleh kekuatan manapun termasuk kekuatan penjajah Belanda
pada saat itu. Secara sporadis kaum wanita seperti Dewi Sartika dan beberapa pejuang wanita lainnya turut terlibat dalam aksi bela
tanah air hingga mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Roh Kartini dalam Wanita Masa Kini
Pandemi Covid-19 sejak Maret 2019 lalu telah meluluhlantakkan perekonomian Indonesia. Berbagai kebijakan telah
diberlakukan pemerintah demi mengurangi laju penyebaran virus yang mematikan
ini. Banyak aktifitas, semuanya
dilakukan dari rumah. Kisah ini sedikit memantik kaum wanita mengenang
kisah-kisah masa lalu di dalam dekapan penjajah.
Covid-19 memaksa kaum wanita bekerja dari rumah saja,
mengurus rumah tangga, menjaga anak dan meramu dapur keluarga. Tapi yang perlu
diingat, meski raga mereka terpasung jiwa dan pikiran mereka malampaui dunia.
Motor penggerak kehidupan rumah tangga berada pada genggaman mereka. Guru
sejati nan kodrati ada pada mereka.
Di
kala sekolah
memberlakukan sekolah daring merekalah guru bagi anak-anaknya. Dikala sang
suami menjajal kesuksesan luar biasa merekalah dibalik semuanya. Dia
diibaratkan sebagai seorang sutradara rumah tangga yang menghasilkan sinetron
cinta sejati yang sukses luar biasa.
Perjuangan mereka menembus sekat kekuatan egoisme kaum
pria. Sebagai bukti bangsa ini pernah dipimpin presiden wanita. Para menteri
kabinet yang cerdas hanya pada wanita. Kekuatan roh Kartini telah membawa
perubahan berbagai tata aturan hukum negeri ini.
Sebut saja undang-undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu
yang sedikitnya mengatur tentang peran wanita dalam dunia politik dan
undang-undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
dengan objek utama adalah
ibu rumah tangga serta undang-undang lainnya yang mengatur tentang hak-hak
wanita, menunjukkan kedudukan seorang wanita yang memiliki kedudukan sama
dengan kaum laki-laki.
Di
hari Kartini ini
patutlah kita mengusung derajat kaum wanita Indonesia tidak bisa dipandang
sebelah mata. Mereka memililiki ciri-ciri keutamaan dalam sejarah kehidupan
manusia bila dibandingkan kaum laki-laki. Ia adalah partner Allah dalam
melahirkan manusia baru didunia ini. Kepekaan yang tinggi akan kehidupan
keluarga serta masa depan anak-anaknya hanya berada dipundaknya. Ia sanggup
membawa kegelapan duniawi manusia menuju terang kehidupan dengan ajarannya.
Tak sedikit anak di Indonesia yang berantakan
kehidupannya semenjak ditinggalkan ibunya. Ia menjadi arogan, putus asa dan
kehilangan harapan hidupnya. Ini semua karena sifat keibuan tidak pernah
disandangnnya. Kelembutan, kasih sayang, kesabaran dan kebaikan hanya ditemukan
pada sifat khas seorang ibu.
Kiranya refleksi hari
Kartini tahun ini sanggup membawa kita kepada kebesaran Tuhan yang telah
menghadirkan wanita didunia ini dan dengan itu wanita dijadikan sahabat yang
setara bukan berada dibawah kekuatan kaum laki-laki serta memberikan mereka
ruang eksperimen hidup guna menjadikan hidup lebih hidup. Sebelum tulisan ini
diakhiri ada beberapa poin
permenungan yang boleh kita simak.
Pertama, jadikan wanita
bunga dunia yang wajib kita pelihara dan rawat untuk memancarkan keindahan
hidup. Hanya mereka yang bisa membuat dunia indah. Dunia menjadi kalem ditengah
keberingasan lelaki.
Kedua, jauhkan
kekerasan dari tubuh dan jiwa mereka. Jangan biarkan dirinya disakiti agar ia
tidak memberikan noda luka pada keluarga yang diwarisinya terutama anak-anak
kita.
Ketiga, wanita adalah
intelijen rumah tangga. Perspektif komunikasi yang efektif hanya terjadi pada
wanita. Mereka bisa mempengaruhi dunia sosialnya dan juga membawa perubahan
drastis dalam keluarga. Untuk itu biarkan mereka menjadi early warning bagi keluarga serta mempelajari hal-hal yang positif
diluar rumahnya untuk membangun keluarganya. Biarkan ia menginspirasi dunia
luar demi kemajuan bangsa yang besar.
Keempat, biarkan ia menjadi
guru abadi untuk kita semua karena didalam tangannya ada kesuksesan bagi
anak-anak serta suami yang menjadi penyokong kehidupan rumah tangga.
Kelima, meski jiwa dan
badan terpasung biarkan pikiran dan jiwanya bebas berpikir seluasnya dunia demi
menerangi kehidupan yang kian gelap ditengah pandemi covid-19.
Selamat Hari
Kartini, Kartini muda Indonesia harapan bangsa.
Foto: Dokumentasi Penulis
Editor: R. Fahik/ Lenzho/ red
0 Comments