Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM – Medio 2020 lalu, RD. Hironimus Nitsae, meluncurkan single perdananya bertajuk “Jejakmu Jalanku” melalui kanal You Tube miliknya, Hironitsae Official. Karya alumnus Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang ini langsung mendapat sambutan hangat. Hingga Minggu (7/03/2021), lagu tersebut telah ditonton sebanyak 5.941 kali, dengan jumlah Subscriber mencapai 1,68 rb. Pekan lalu CAKRAWALANTT.COM berkesempatan mewawancarai Romo Hiro – sapaan akrabnya, terkait proses kreatif dan pesan-pesan yang menyertai lagu tersebut.
“Latar belakang yang paling pertama sebenarnya
berkaitan dengan moto tahbisan saya yaitu, ‘Ya Bapa’, ciri khasnya berbicara
tentang kekuatan sebuah doa, tentang kekuatan sebuah doa. Ini yang kemudian
diterjemahkan ke dalam lagu Jejakmu Jalanku,” ungkapnya.
Imam Projo Keuskupan Agung Kupang ini
mengisahkan lebih lanjut bahwa pada paragraf pertama lagu tersebut, latar
belakangnya berkaitan dengan doa antara dirinya sendiri yang memohon kepada
Tuhan sekaligus menjadi sebuah penegasan doa dari keluarga tentang perjalanan
panggilannya dalam proses mencapai tahapan menjadi seorang Imam.
“Saya memaknai
lagu ini dalam hidup saya karena semua yang saya dapatkan entah itu
kelebihan, kemampuan, dan semua yang ada pada diri saya merupakan berkat dari
Tuhan. Karena itu, ini merupakan latar belakang dari sebuah doa yang mau tidak
mau saya sadari semua itu karena kekuatan dari Tuhan yang menjadikan saya
sampai seperti ini. Maka saya berjuang untuk bisa mengikuti jejak Tuhan di
jalan panggilan yang sedang saya jalani,” jelasnya.
Karya Pastoral
Romo Hiro mengakui, menciptakan lagu “Jejakmu
Jalanku” juga berkaitan dengan tugas dan karya pastoralnya sendiri. Menurutnya,
sebagai seorang Imam, salah
satu panggilan hidup adalah doa. Sebagai seorang yang beriman, ia tidak bisa
melepaskan diri dari kekuatan sebuah doa, karena itu menjadi salah satu caranya
untuk tetap meremajakan panggilannya yang saat ini akan memasuki tahun ke-7.
Terkait proses pembuatan lagu, Romo Hiro mengungkapkan
bahwa semuanya berjalan apa adanya. Dirinya membuat lagu karena hobi, kemudian
mencoba berusaha membuat satu lagu yang menjadi karya sendiri sekalipun musik
lagu ini dibuat oleh temannya sendiri. Untuk penulisan lirik lagu sampai dengan
proses akhir pembuatan lagu memakan waktu cukup lama.
“Saya kadang buat lirik untuk paragraf
pertamanya selesai, lalu kemudian macet, tidak bisa berlanjut dan kehabisan ide.
Walaupun cuman satu paragraf tapi susah, karena untuk saya pribadi ini kali
pertama dan susah untuk merangkai kata untuk bisa nyambung antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya begitupun
dengan paragraf. Dalam posisi buntu saya terkadang bisa meninggalkannya dalam
beberapa waktu. Terkadang saat sedang jalan-jalan, saya juga nyanyi sendiri
sambil mencari sambungan lirik yang nyambung.
Juga sambil bermain piano cuman asal tekan–tekan dengan kemampuan saya yang
terbatas, dan secara tiba-tiba langsung mendapatkan musik dan lirik lanjutan,” kisahnya.
Ia melanjutkan, “Pembuatan lagu ini hampir satu
bulan lebih karena saya dan pihak pembuat musik juga memiliki kesibukan
masing-masing. Saya tidak monoton fokus dalam menyelesaikan lagu ini dalam satu
atau dua hari karena masih ada prioritas lain. Sampai akhirnya proses pembuatan
lagu ini selesai. Akhirnya saya beranikan diri untuk meng-upload lagu ini di akun You Tube saya pada pertengahan tahun 2020.”
Pesan Lagu
Di akhir perbincangan, Romo Hiro menyampaikan
beberapa hal yang menjadi pesan lagu tersebut secara khusus kepada generasi
muda termasuk Orang Muda Katolik. Pertama, tentang kekuatan dari sebuah doa. Menurutnya,
sebagai orang beriman secara otomatis kita tidak bisa meninggalkan hidup
kerohanian khususnya hal berdoa, karena justru dalam doa kita bisa berbicara
secara intens kepada Tuhan.
Kedua, kata Romo Hiro, dalam hidup kita akan
bertemu dengan berbagai pengalaman hidup entah yang menggembirakan atau juga pengalaman hidup yang membuat kita merasa down dan merasa Tuhan sepertinya sangat
jauh dari kecintaan kepada kita. Maka seperti
dalam
lirik lagu, “aku bersyukur untuk
segalanya kepadamu dari kelemahanku”, jelasnya, itu mau menggambarkan kepada setiap orang muda, mungkin
ketika nanti dia jatuh dan terus jatuh dia perlu menyadari bahwa dia harus
tetap mensyukuri setiap berkat Tuhan sekalipun tidak mungkin baginya.
“Mungkin ketika kita merasa Tuhan sangat jauh dengan
kita, itu dikarenakan ego kita terlampau sangat tinggi yang kemudian menutup
jalan kerendahan hati untuk kita mendekatkan diri kepada Tuhan,” pungkasnya.
Berita: Jaquina Quintao
Foto: Dokumentasi Pribadi RD. Hironimus Nitsae
Editor: R.Fahik/ red
0 Comments