![]() |
Maria Adeci Oni Oki, S.Ag.MM - Guru SMK Katolik Kefamenanu, Kabupaten TTU
|
Pelajaran
Agama Katolik merupakan pintu dari semua komponen mata pelajaran yang secara esensial menjadi dasar dan
jembatan terbentuknya kepribadian dan iman peserta didik agar menjadi pribadi
yang beriman, berilmu dan bermoral. Tantangan yang dihadapi adalah peserta
didik kurang berminat dan terlibat aktif dalam mengikuti pelajaran Agama
Katolik. Hal ini mengandaikan ada sesuatu yang kurang, tidak menarik baik dari
segi pribadi guru, materi, metode, media ataupun langkah yang diterapkan guru.
Kondisi umum ini menantang Guru Agama Katolik menemukan solusi yang tepat dan
relevan, salah satunya adalah menggunakan media berbasis TIK karena pada
dasarnya media adalah alat bantu yang dapat memperjelas infromasi yang hendak
disampaikan maupun diterima.
Secara
teori, media berasal dari kata bahasa latin medius
yang artinya tengah, perantara atau pengantar. Artinya media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media dapat berupa
buku, alat, metode, teknik, alam yang dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi
suasana belajar, membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan perasaaan dan pikiran, serta mengefektifkan komunikasi
dan interaksi dalam proses pembelajaran, membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gerlach dan Ely yang
dikutip oleh Azhar Arsyad (2011), yang menyebutkan bahwa guru, buku teks, alat
dan lingkungan sekolah adalah media yang membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau
sikap.
Ada beberapa
fakta yang ada berdasarkan pengalaman mengajar di kelas XI MM SMK Katolik
Kefamenanu sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran seperti
laptop dan in fokus. Kondisi sebelumnya dari pihak guru, yakni bahwa guru harus
ekstra menyiapkan diri karena harus lebih banyak berbicara, menguras tenaga dan
waktu, monoton karena komunikasi satu arah, dari 24 siswa hanya sebagian yang serius dan antusias
mendengar penjelasan guru, itupun belum tentu dapat merekam dan memahami dengan
baik. Sementara itu, pihak siswa hanya menatap sambil mendengarkan ceramah dari
guru, merasa jenuh dan bosan, suasana kurang rileks, mengantuk, tidak tertarik
dan berminat, hanya angguk-angguk dan menjawab sudah paham jika ditanya, malu
dan takut bertanya ataupun menjawab karena takut salah, kurang paham karena
tidak semua penjelasan direkam dengan baik dan lengkap, lebih memilih diam dan mendengar, terkadang
ijin keluar ruangan dengan berbagai alasan, asyik berceritera dengan teman
ketimbang mendengar penjelasan guru dan ataupun sibuk dengan hal atau benda
lain yang lebih menarik.
Hal ini
disebabkan oleh kurangnya keterampilan dan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, guru kurang memperhatikan sikap atau respon peserta didik selama
proses pembelajaran, media buku cetak kurang memadai, guru tidak menerapkan
metode yang relevan, bukan gaptek
tetapi belum tersedianya media proyektor di sekolah dan terbatas. Kondisi ini
tentu tidak mendukung suasana pelajaran Agama Katolik. Akibatnya warta gembira
yang didengar dan diterima terasa biasa-biasa saja, tidak menarik, dan bahkan
tidak mengesankan.
********baca selengkapnya di Majalah Cakrawala NTT Edisi 56
atau download PDF File Cakrawala NTT Edisi 56
Klik link ini untuk download: CakrawalaNTT56
atau download PDF File Cakrawala NTT Edisi 56
Klik link ini untuk download: CakrawalaNTT56
Cakrawala NTT-E56
0 Comments