Ngada, CAKRAWALANTT.COM - Langa, sebuah tempat di Kabupaten Ngada, selalu memiliki
suasana yang unik pada pagi hari. Udara dingin khas dataran tinggi masih terasa
di kulit. Di balik suasana unik tersebut, sekumpulan orang sedang berkumpul di
halaman SMAK Santo Agustinus. Murid, guru, serta perwakilan dari Desa Beja dan
Kampus Bambu Turetogo sedang mempersiapkan perkakas yang akan digunakan nanti. Di
tengah perkumpulan tersebut, aura kehangatan mulai tumbuh meski diselimuti
udara dingin yang semakin menusuk permukaan kulit.
Setelah bersiap diri, mereka memulai perjalanan menuju
lokasi penanaman bambu. Perjalanan ini memakan waktu tempuh sekitar tiga puluh
menit. Dengan langkah kaki yang pelan dan pasti, mereka bergerak perlahan
menyusuri jalan setapak beralas tanah yang dikelilingi hamparan rumput beserta
bukit-bukit kecil. Setibanya di tempat tujuan, mereka beristirahat sejenak dan
mulai menghaturkan doa sebagai awal dari segala pekerjaan yang akan dilakukan.
Sesuai rencana, mereka akan melakukan penanaman anakan
pohon di Bukti Avatar Langa, sebuah spot
wisata yang menjadi panggung keindahan alam. Dari bukit ini, kampung-kampung
adat yang berdiri tenang dan dipagari jajaran bukit hijau terlihat sangat
memukau. Dari kejauhan, Gunung Inerie berdiri gagah seperti penjaga yang tengah
mengamati kegiatan kecil penuh harapan ini.
Cinta Kasih dan Panggilan Gereja
Sebelum memulai kegiatan, Kepala SMAK Santo Agustinus
Langa, Sr. Antonia Pango, USS., menjelaskan bahwa kegiatan tersebut bukan
sekadar menanam bambu, tetapi juga merupakan bagian dari pembelajaran hidup di
lingkungan pendidikan.
“Kegiatan reboisasi ini merupakan bagian dari kurikulum
cinta kasih,” ujarnya dengan suara yang lembut nan tegas.
Sr. Antonia menambahkan, Gereja sendiri telah
memberikan arah yang jelas mengenai tanggung jawab moral manusia terhadap alam.
“Dalam dokumen Gereja, kita ditegaskan untuk menjaga
alam ini dengan baik,” ungkapnya sembari mengarahkan peserta untuk mulai
bergerak, Jumat (12/12/2025).
Pada kesempatan tersebut, terdapat seratus anakan
bambu yang disediakan langsung oleh Yayasan Bambu Lingkungan Lestari. Anakan
bambu tersebut akan ditanam di kawasan Bukit Avatar Langa.
Bambu: Dari Hulu ke Hilir
Sementara itu, di sisi senada, Koordinator Kampus
Bambu Turetogo, Maria Goreti Watu, memberikan apresiasi kepada pihak sekolah
atas kepedulian ekologis yang ditunjukkan melalui kegiatan penanaman anakan
bambu tersebut.
“Kegiatan ini sangat cerdas. Kita melihat manfaat bambu
yang mampu memperbaiki tanah dan menjaga mata air,” tuturnya.
Maria menjelaskan, Program Bambu Lestari mencakup
proses dari hulu hingga hilir, yakni mulai dari pembibitan, penanaman,
pengolahan, hingga pemanfaatannya menjadi produk anyaman, suvenir, dan berbagai
hasil kerajinan lain yang bernilai ekonomis.
Lebih lanjut, ia juga menegaskan nilai jangka panjang
dari kegiatan reboisasi tersebut.
“Jangan menyimpan air mata untuk anak dan cucu kita
nanti, tetapi simpanlah mata air untuk mereka wariskan,” tegasnya.
Menanam Harapan dari Bukit
Kegiatan reboisasi tersebut berlangsung dengan baik.
Para peserta terlihat sangat berantusias. Mereka menanam anakan bambu dengan
semangat dan harapan yang sama. Ada rasa syukur yang tersirat dari kegigihan
para peserta. Momen tersebut seolah ingin menegaskan pentingnya menjaga alam
demi kelangsungan hidup bersama.
Di tengah bentangan alam, ada nilai kehidupan yang
tertanam. Bukit Avatar Langa seolah menjadi saksi bisu bahwa manusia dan alam
sejatinya hidup dan berjalan bersama menyusuri waktu yang terus berputar. Relasi
yang baik akan menghasilkan kehidupan yang beradab, penuh syukur, dan berkelanjutan.
Kegiatan pagi itu menjadi sarat makna bahwa merawat
bumi tidak harus dimulai dengan langkah yang besar, tetapi cukup melalui
tindakan kecil yang dilakukan dengan penuh cinta. (Takim Riung/MDj/red)








0 Comments