CAKRAWALANTT.COM - Menjadi seorang guru memang bukan pekerjaan yang mudah, apalagi mengabdi
pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pada kelas awal, khususnya kelas satu
(1), guru dituntut untuk bersikap dan bertindak lebih kreatif, sebab peserta
didik yang berada pada kelas ini adalah mereka yang tengah menjalani masa
transisi antara jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan SD.
Peserta didik yang berada pada masa transisi cenderung memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, lebih aktif, dan selalu mementingkan kenyamanan dalam
belajar. Guru-guru yang mengasuh kelas satu harus berperan ekstra untuk
membantu mengembangkan kecerdasaan peserta didik, membina kepribadian dan budi
pekerti peserta didik, dan meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Dalam menjalankan tugas sebagai guru kelas satu, terdapat begitu banyak
tantangan yang kerap menghadang. Kondisi transisi anak yang berbeda-beda
membuat guru harus jeli dalam bersikap dan bertindak. Bahkan, untuk memulai
kegiatan belajar dan mengajar, guru wajib membaca kondisi dan kebutuhan
masing-masing anak terlebih dahulu. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan
karakteristik dan kemampuan anak dalam belajar dan memahami materi pelajaran.
Tantangan-tantangan tersebut kerap menjadi beban yang harus dipikul oleh
guru-guru pengasuh kelas satu.
Dalam perkembangan teori kognitif, Piaget mengemukakan bahwa anak-anak pada
rentang usia 7-11 tahun berada dalam tahap operasional konkret. Filsuf dan
psikolog ini meyakini anak-anak dengan rentang usia tersebut sudah mampu
memahami konsep-konsep abstrak melalui pengalaman nyata (Marinda, 2020).
Pada tahap operasional konkret, anak mampu berpikir logis dan memecahkan
masalah secara sistematis, memahami bahwa setiap peristiwa tidak selalu
berkaitan dengan mereka, serta memahami bahwa orang lain mempunyai sudut
pandang yang berbeda. Kondisi yang melekat dalam diri anak ini bersifat
potensial dan bisa bermakna apabila dieksplorasi dan dikembangkan.
Mendidik dan mengajar peserta didik yang berada pada usia jenjang
pendidikan SD, khususnya kelas satu, memang bukan pekerjaan yang mudah. Namun,
di balik semua tantangan yang ada, pekerjaan sebagai guru kelas satu adalah
sesuatu yang sangat berkesan, tergantung bagaimana seseorang melihatnya. Tidak
semua orang yang terpanggil menjadi
seorang guru mampu
mengasuh kelas satu, sebab dibutuhkan kesabaran dan
ketulusan yang besar dalam diri setiap guru guna menghadapi setiap tantangan
yang ada.
Untuk itu, guru harus mampu mengenal dan memahami masing-masing individu
serta mengamalkan enam fondasi pendidikan transisi PAUD-SD, yakni mengenal
agama dan budi pekerti, keterampilan sosial dan bahasa, kematangan emosi
berkegiatan di lingkungan sekolah, kematangan kognitif, pengembangan
keterampilan motorik, dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar
secara mandiri.
Sejatinya, anak-anak kategori umur 6-7 tahun
senang belajar dengan sesuatu yang dekat dengan mereka. Pembelajaran yang dekat
membuat mereka bisa merasakan pengalaman di dalamnya. Anak-anak akan lebih
mampu mengelola pembelajaran apabila
proses pembelajaran diatur sedemikian rupa sehingga terasa secara nyata bagi
mereka. Pembelajaran yang nyata terasa lebih aktif dan bermakna bagi mereka.
Hal-hal sederhana seperti inilah yang perlu
diperhatikan oleh guru kelas satu. Menghadapi
kondisi tersebut, penguatan keenam fondasi transisi PAUD-SD perlu dilakukan.
Misalnya, dengan penguatan keterampilan religius, peserta didik bisa mengenal
Tuhannya, seperti melakukan doa rutin sebelum dan setelah memulai pembelajaran.
Pihak sekolah selalu membiasakan ibadah buka dan tutup usbu. Peserta didik juga
dilatih untuk bermain game yang
mengusung konsep kerja sama, pengenalan lingkungan sekolah, dan kemandirian.
Upaya penguatan fondasi transisi PAUD-SD juga
dapat diintegrasikan di dalam konten
pembelajaran. Integrasi ini bisa berupa penggunaan media ajar, misalnya media
kartu angka. Penggunaan media kartu angka sebagai media pembelajaran sangat
berguna dalam meningkatkan kemampuan dan pemahaman peserta didik, melatih
ketepatan anak dalam membilang, melatih anak
dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan memilih sampah, melatih kepemimpinan
dan kerja sama dalam sebuah tim, serta melatih anak untuk memproses dan
mengolah setiap arahan.
Penguatan fondasi transisi PAUD-SD tersebut bisa
dilaksanakan apabila setiap guru memiliki kesiapan dan persiapan yang matang.
Kesiapan dan persiapan ini bisa memengaruhi cara pandang guru terhadap
anak-anak didiknya. Jika seorang guru memiliki kesiapan dan persiapan yang
matang, maka ia akan mudah menjalankan proses pembelajaran. Ia bisa
menyesuaikan diri dengan kondisi anak-anak didiknya. Sedangkan, apabila guru
tidak memiliki kesiapan dan kesiapan, maka ia akan sulit menjalankan proses
pembelajaran dan tidak bisa menyesuaikan diri dengan kondisi anak-anaknya.
Akibatnya, mengasuh peserta didik kelas satu selalu dipandang sebagai beban dan
tidak berkesan.
Pada intinya, mendidik dan mengajar, di tingkat
kelas berapapun, adalah hal yang menyenangkan dan berkesan. Ketika mengambil
sebuah komitmen untuk mendidik kelompok peserta didik kelas satu dengan segala
keistimewaan dan keunikan, seorang guru wajib mencintai profesinya.
Ketika cinta menjadi landasan utama, guru tersebut
mampu menciptakan suasana belajar
yang bermakna bagi peserta didik. Untuk itu, setiap guru perlu mengembangkan diri secara terus menerus agar bisa
menciptakan momen paling berkesan ketika mendidik dan mengasuh kelompok peserta
didik kelas satu. (red)
0 Comments