Tomas Alfarez, M.Pd Pengawas Dinas PK Kab. Sikka |
Suatu pagi yang tenang, kala semua orang berkumpul
berkanjang dalam doa, sekonyong-konyong terdengarlah bunyi seperti tiupan angin
yang amat keras. Seluruh rumah bergetar hebat, penghuninya bergetar ketakutan.
Bunda Maria dalam naluri keibuan menenangkan mereka. “Lihatlah di atas kepala
masing-masing”, titahnya’.
Lidah-lidah api menjulur di atas kepala mereka
masing-masing. Tidak panas membakar rambut, namun memberikan kekuatan luar
biasa. Murid-murid yang dalam ketakutan, kini berani keluar dan berbicara
dengan berbagai bahasa.
Tergenaplah janji Sang Penyelamat, “Aku pergi, tetapi akan datang Roh Kudus.”
Roh Kudus itu tercurah seperti lidah-lidah api, membakar
semangat untuk mewartakan firman Tuhan, membangkitkan karunia-karunia roh untuk
berkata-kata dengan pengetahuan kendati mereka tidak berpendidikan dan tidak
pandai berbicara. Memberi karunia bernubuat, padahal mereka bukan ahli taurat
dan imam kepala.
Muncullah kekuatan dan keberanian mewartakan Kristus yang
bangkit, padahal selama ini hidup mereka dikuasai ketakutan oleh kehilangan
pemimpin mereka. Dengan Roh Kudus, mereka berani bersaksi sampai ke ujung dunia
bahwa Yesuslah Sang juru selamat manusia.
Hari ini dalam diam nan sunyi, aku termenung. Gereja
sejagad merayakan Hari Pentakosta, mengenang Roh Kudus turun
atas para rasul. Apakah Roh Kudus yang sama juga tercurah dalam hatiku? Adakah
Roh Kudus memenuhi dunia yang hari ini masih hidup di dalam kekalutan rasa yang
mencemaskan?
Aku sendiri tidak tahu dan hanya bertanya dalam diam.
Yang aku tahu adalah hari ini tidak ada perayaan di gereja yang melibatkan
banyak umat selain para pemimpin gereja. Datanglah Roh Maha Kudus ke dalam
dunia. Saat ini tentu Engkau tidak datang dalam wujud lidah api angin taufan,
tetapi memasuki hati umat-Mu dan perbaharuilah wajah bumi ini. Sirami jiwa kami
yang layu dan cemas dengan embun kurnia-Mu. Lihatlah kami yang dikuasai
kegelisahan karena pandemi corona oleh kekuatan pembaharu Ilahi dan musnakan
wabah ini segera.
Demikianlah sepenggal doaku yang terasa sederhana lahir
seperti seorang anak yang menangis selalu merindukan ibunya dengan segala
kepolosan dan keluguannya. Dalam keterbatasan dan kekerdilan iman, lanjutku, “Datanglah Roh Kudus dalam hatiku; jadikan
hatiku bait suci-Mu dan bersemayamlah di dalamnya, agar aku mampu membangun
tubuh Kristus menjadi satu hati, menjadi berkat bagi anak cucu yang percaya.
Dan seijin-Mu menjadi berkat bagi sesama, sehingga seluruh dunia memuji-Mu
dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.”
0 Comments