Manggarai, CakrawalaNTT.com - Lembaga Pendidikan SMAK St.
Klaus - Kuwu memiliki kebiasaan unik yaitu “live
in” atau tinggal bersama dengan warga atau umat paroki tertentu. Bukan
sekadar tinggal, banyak hal menarik
yang dilakukan bersama dan dapat dijadikan pelajaran baik oleh pihak sekolah maupun warga atau umat yang
dikunjungi.
Kebiasan SMAK St. Klaus dalam memfasilitasi siswa-siswinya merasakan langsung hidup bersama di tengah masyarakat atau umat dilandasi filosofi St. Klaus sendiri, yaitu Membela Kaum yang Tertindas. Bagaimana mungkin menghasilkan lulusan yang menganut nilai seperti itu bila hanya belajar dalam ruangan kelas? Karena itu, pada Sabtu (23/2) lalu, siswa/i kelas 1 dan 2 bersama guru-guru dan pembina asrama SMAK St. Klaus kembali melakukan kegiatan yang sama. Kali ini, tujuan kunjungan adalah umat di Paroki Timung, Manggarai.
Kebiasan SMAK St. Klaus dalam memfasilitasi siswa-siswinya merasakan langsung hidup bersama di tengah masyarakat atau umat dilandasi filosofi St. Klaus sendiri, yaitu Membela Kaum yang Tertindas. Bagaimana mungkin menghasilkan lulusan yang menganut nilai seperti itu bila hanya belajar dalam ruangan kelas? Karena itu, pada Sabtu (23/2) lalu, siswa/i kelas 1 dan 2 bersama guru-guru dan pembina asrama SMAK St. Klaus kembali melakukan kegiatan yang sama. Kali ini, tujuan kunjungan adalah umat di Paroki Timung, Manggarai.
Rm. Gregorius T.
Sukur, Pr., Kepala SMAK St. Klaus, menjelaskan bahwa kegiatan kunjungan tersebut bertujuan
untuk memberi ruang bagi siswa/i untuk mengekspresikan kreativitas, minat, dan
bakat masing-masing.
“Kita berharap siswa-siswi kita bisa leluasa mengembangkan
minat dan bakat yang dimilikinya. Mereka juga diharapkan mampu belajar dari
proses interaksi dengan umat di Paroki Timung karena itu juga merupakan
laboratorium kehidupan, tempat untuk belajar banyak hal,” terangnya penuh
semangat.
Selama kunjungan
tersebut, siswa/i SMAK St. Klaus menampilkan pentas seni pada Sabtu malam
dengan tajuk Merajut Kasih dalam Pelayanan. Malam Minggu di Paroki Timung
menjadi sangat meriah saat itu. Umat paroki begitu antusias menyaksikan
kebolehan siswa/i tersebut di
panggung hiburan. Hal itu terlihat dari padatnya aula tempat acara berlangsung
dan kehebohan teriakan penonton saat menyaksikan hal-hal menarik. Mereka juga
setia menunggu hingga acara berakhir kemudian
meninggalkan lokasi kegiatan.
Minggu (24/2) pagi,
siswa/i mempersembahkan koor dalam misa bersama umat Paroki Timung. Siswa/i
SMAK St. Klaus sudah terbiasa membawa koor tiap hari Minggu di asrama sekolah.
Karena itu, saat tampil di Gereja Paroki Timung, mereka mampu memukau umat yang
hadir. Sebuah lagu setelah komuni, langsung diapresiasi dengan tepuk tangan
oleh umat tanpa diberi aba-aba terlebih dahulu. Selepas misa, ada pertandingan
sepak bola dan bola voli antara siswa/i SMAK St. Klaus melawan umat Paroki
Timung.
Rangkaian kegiatan
tersebut berjalan dalam suasana kekeluargaan. Hal itu tergambar jelas saat
acara penerimaan rombongan SMAK St. Klaus oleh para tokoh dan umat Paroki
Timung. Rombongan diterima dengan tata cara adat Manggarai, yaitu dengan “Tuak
Kapu” sebagai bentuk rasa sukacita mereka menyambut tamu yang datang. Bapak
Alex Jana selaku guru senior, yang didapuk menjadi penerima “Tuak Kapu”
tersebut menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dengan menggunakan bahasa
tuturan adat Manggarai juga.
Dalam sambutannya, Anselmus
selaku Ketua Dewan Paroki Timung menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang
tulus atas lawatan yang dilakukan Lembaga Pendidikan St. Klaus -Kuwu.
“Kami umat di sini
merasa bangga dan bahagia atas kunjungan dari siswa-siswi SMAK St. Klaus. Selama kurang
lebih dua hari, kami sudah bersukacita dan belajar bersama tentang banyak hal.
Kami menanti lagi kunjungan berikutnya,” ungkapnya optimis.
Selama berada di
Paroki Timung, siswa/i tinggal di beberapa rumah warga/umat. Pengalaman tinggal
bersama keluarga baru itu menjadi sesuatu yang berkesan bagi siswa/i maupun
bagi keluarga yang empunya rumah. Salah seorang siswa mengaku sedih karena harus
meninggalkan keluarga yang baru saja dikenalnya, rasanya sudah seperti keluarga
lama.
Siswa/i SMAK St.
Klaus kembali ke asrama di Kuwu pada Minggu sore. Semuanya mungkin lelah, tapi
tidak begitu tampak.
Mereka tetap ceria. Dan pastinya, masing-masing menyimpan banyak cerita dan pelajaran yang akan berguna
bagi perkembangan masa depan mereka. (Saver/RZ)
0 Comments