(Dua Jam Bersama Melki Laka Lena di PDSK)
Emanuel Melkiades Laka Lena berpose bersama anggota KSK pada Minggu, 23 April 2017 |
Kota Kupang, Cakrawala NTT
Tak dipungkiri bahwa Propinsi NTT
adalah propinsi yang berpijak pada khazanah pluralism. Keberagaman yang
membingkai jatidiri propinsi yang sering dicap pesimistis Nanti Tuhan Tolong
itu, menuntut sebuah gerakan bersama untuk tetap menjaga keharmonisan yang ada.
Ini memang tidak mudah jika kita meruntut dinamika demokrasi yang sedang dibangun di propinsi yang pernah
dianugerahi penghargaan sebagai propinsi
yang menjaga kerukunan antar agama ini. Yang
terjadi bahwa ego kepentingan pribadi, kelompok, suku/kedaerahan, sektoral
masih kuat mencengkram dan melilit secara halus tata tumbuh semua sisi bidang kehidupan
yang menjadi “domain” pembangunan daerah.
Berhadapan dengan fenomena yang sadar
tidak sadar memantik kedisharmonisan dalam keberagaman yang ada maka perlu
dibangun paradigma baru untuk menutup celah ini. Salah satunya seperti yang
digagas sekaligus disampaikan Ketua Yayasan Tunas Muda Indonesia, Emanuel
Melkiades Laka Lena ketika bertatap muka dengan anggota Komunitas Pondok
Diskusi Secangkir Kopi (PDSK) pada hari Minggu, 23 April 2017 kemarin. Dalam
diskusi ala KSK yang dipandu Bruder Hans Ebang, aktivis muda yang jika
dipercayakan siap berkompetisi memperebutkan kursih NTT 1 ini menegaskan bahwa
NTT bisa maju jika masyarakat NTT mampu mendesain keharmonisan khazanah
keberagaman di NTT dengan sebuah kekuatan baru yang saling merangkul dan
menumbuhkan satu sama lain. Dalam tataran politik misalnya modal politik, modal
ekonomi dan modal sosial yang menjadi
kekuatan setiap orang, komunitas dan organisasi kemasyarakatan yang diyakini punya
daya ungkit untuk membangun NTT perlu diberdayakan secara maksimal tanpa
mendiskreditkan satu sama lain.
Suasana diskusi di pondok secangkir kopi |
Untuk itu menurutnya perlu dibangun ruang-ruang
atau kesempatan-kesempatan potensial bagi semua anak NTT baik di dalam maupun diaspora
bahkan semua orang yang mencintai NTT untuk memberikan kontribusi positifnya dalam
memajukan NTT di semua aspek kehidupan. Menurut pria yang juga menjadi anggota Kelompok Inti Forum Politisi Muda
Lintas Parpol, tagline, “Ayo
Bangun NTT” yang dihembuskan selama ini merupakan sebuah seruan motivatif bagi
semua anak NTT supaya mulai bergerak bersama untuk membangun NTT tanpa ada
sekat pemisah yang merongrong jatidiri NTT sebagai propinsi pluralism.
“NTT tidak akan maju jika selalu
berpikir untuk diri kita sendiri, kelompok, suku, agama dan daerah (pulau)
tempat tinggal kita masing-masing. Apalagi berusaha membangun sekat-sekat
pemisah atas dasar keberagaman ini. Kita harus melintasi (passing over) tembok
pemisah ini dengan cara pandang baru dengan membangun sebuah keprihatinan yang
sama oleh dari dan untuk semua demi NTT yang lebih maju, “tegas Tenaga
Ahli Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI ini.
Suasana diskusi di pondok secangkir kopi |
Pada tempat yang sama Agustinus
Rikarno, Pemimpin Umum Media Pendidikan Cakrawala NTT (MPC NTT) yang juga merupakan anggota
inti komunitas PDSK menyambung baik ide cerdas ini. Menurutnya, ada banyak ide
dan kerja-kerja kreatif yang bisa dibumikan masyarakat NTT pada umumnya dan
anak-anak NTT khususnya untuk memajukan NTT. Salah satunya seperti yang sedang
digalakkan MPC NTT dengan sayap kanannya anggota PDSK yaitu peduli dengan
masalah-masalah pendidikan di NTT. Salah satu diantaranya adalah memboomingkan kesadaran
masyarakat NTT untuk melek literasi. Dan upaya ini telah berproses di semua
sekolah binaan MPC NTT di semua kabupaten dengan mengadakan berbagai bimtek
menulis. Namun tak dipungkiri bahwa masih banyak keterbatasannya yang dialami
dalam pelaksanaannya. Untuk itu diharapkan dukungan semua elemen masyarakat
untuk menjemput ide baik dan kerja kreatif ini.
Hal senada juga dikatakan anggota inti
Komunitas PDSK yang lain, EL Ro Kapitan dan Rian Seong Sengkang. Menurut mereka
untuk peduli pada NTT yang berwajah pluralist ini, anak-anak muda NTT tidak
boleh tinggal diam. Ada banyak hal kreatif yang bisa diberdayakan. Termasuk
diantaranya bisa menjadi penggerak untuk mengadakan ruang-ruang diskusi yang
kaya akan ide dan ilmu.
“Ruang-ruang diskusi harus diberdayakan.
Bukan sekadar ruang diskusi eklusif. Ruang-ruang diskusi ini pun harus mengakomodir
semua pihak baik masyarakat awam, kaum akademis, politik, birokrat untuk
berbagi ide kreatif, kontruktif dan kritis untuk menggiring sebuah ide-ide
pembangunan yang lebih besar. Ayo kita bangun NTT, “pungkas El Ro Kapitan pria
yang saat ini dimandatkan sebagai Sekretaris Komunitas PDSK.
Suasana diskusi di pondok secangkir kopi |
Terkait dengan pemberdayaan
kegiatan-kegiatan kreatif harus dimulai dari sekarang juga diamini Rian Seong
Sengkang. Namun menurutnya ruang-ruang diskusi yang dibangun bukan hanya mandek
pada konsep semata tetapi harus direaliasasikan dengan tindakan yang nyata. Salah satu yang direncanakannya adalah
menggelar pertunjukkan musik di SMP Surya Mandala, Kupang.
“Ada banyak ide dari ruang diskusi
seperti yang digalakkan Komunitas PDSK telah membuka wawasan saya untuk
melakukan sesuatu. Salah satunya adalah merencanakan penggelaran “musik
toleransi” di SMP Surya Mandala, Kupang pada bulan Oktober tahun ini. Semoga rencana
ini bisa terealisasi. Untuk itu saya minta dukungan semua pihak agar bisa membantu
mewujudkan rencana ini, “tutur pria yang sekarang menjadi pengajar di SMAN 4
Kota Kupang.
Diskusi yang berjalan kurang lebih dua
jam dari jam 14.30-16.30 dihadiri belasan anggota Komunitas PDSK dan Kepala SMP
Surya Mandala, Yoseph Blikololong. (EL)
0 Comments