Kota Kupang, Cakrawala NTT
Dr. Harun Natonis, M.Si |
Memasuki
periode kedua kepemimpinannya di Sekolah Tinggi Agama Kristen Negri (STAKN)
Kupang, Dr. Harun Natonis, M.Si., bertekad terus membangun kampus yang
dinahkodainya tersebut menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas serta
berdaya saing. Ditemui Cakrawala NTT di
ruang Rektorat STAKN Kupang, Selasa (7/2/2017), mantan Kepala Seksi Pendidikan
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT tersebut menguraikan sepak
terjangnya ketika dipercayakan sebagai Ketua STAKN sejak tahun 2012.
“Waktu jadi
pimpinan, dipercayakan menteri sebagai Ketua STAKN Kupang, pertama yang saya
buat adalah membangun SDM. Karena waktu alih status dari STAK menjadi STAKN,
itu dosen saya S1 semua. S2 hanya 4 orang kalau tidak salah. Pas saya periode
pertama semua sudah S2. Lalu yang kedua adalah membeli tanah dan bangun gedung
kampus karena yang sekarang kita sewa milik Pemda Kabupaten Kupang. Lalu alat
pengolah data dan lain-lain. Itu yang isi dalamnya. Sudah lumayan,” kisah
Natonis.
Alat
transportasi juga menjadapat perhatian tersendiri darinya. Atas perjuangannya,
kampus STAKN Kupang kini sudah memiliki 16 buah kendaraan roda dua, dan 8 unit
mobil yang sangat membantu aktifitas kampus dari sisi transportasi. Selain itu,
dirinya juga melakukan pengembangan perpustakaan. Dari 400-an judul buku, kata
Nubatonis, sekarang perpustakaan kampus yang dipimpinnya sudah memiliki di atas
4000-an judul buku dengan jumlah buku lebih dari 10.000 eksemplar.
“Kemudian penambahan
tenaga pegawai dan dosen untuk bisa memperkuat pelayanan di kampus. Lalu yang
berikut ialah kita berupaya untuk bagaimana memperkenalkan STAKN ini kepada
masyarakat. Promosi dst. Sehingga terjadi peningkatan jumlah mahasiswa. Dari
tadinya hanya 600-an orang sampai dengan posisi saya masuk periode kedua, itu
sudah 3.000-an orang. Lalu dari sisi prodi, tadi hanya 2 prodi waktu saya
pimpin. Sekarang sudah jadi 6. Dulu hanya Musik dan Pendidikan Agama Kristen
(PAK), sekarang sudah ada PPG, Konseling, kemudian pasca (S2), dan doktoral
(S3). Dulu hanya ada S1. Lalu dulu belum ada prodi yang terakreditasi, kita
hanya modal ijin penyelenggaraan. Sekarang semuanya sudah terakreditasi dalam
waktu yang sangat singkat,” jelasnya.
Selain
berbagai terobosan di atas, Natonis menyadari bahwa untuk membangun sebuah
lembaga pendidikan agar dapat berdaya saing, salah satu modal penting yakni
jaringan kerja sama. Ia mengakui, awalnya STAKN Kupang hanya menjalin kerja
sama hanya dengan kampus atau pun lembaga-lembaga di dalam negeri. Namun sekarang, ungkapnya,
STAKN Kupang sudah memiliki kerja sama dengan luar negeri yakni beberapa kampus
di Korea dan Amerika.
Untuk kerja sama dalam negeri, STAKN Kupang telah menjain kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Nusa Cendana, Universitas Muhammadiyah Kupang, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, juga beberapa kampus di Bali serta Jakarta. Hingga tahun ini, jelasnya, jumlah kerja sama STAKN Kupang sudah mencapai 27 mitra. Selain menjalin kerja sama dengan pergutuan tinggi, STAKN Kupang juga membangun kerja sama dengan pihak gereja, juga dengan pemerintah. Misalnya terkait guru Agama Kristen, ada program percepatan guru dalam jabatan. Saat ini STAKN Kupang sudah bekerja sama dengan pemda Sumba Timur dan Alor dalam membantu guru agama yang melanjutkan pendidikan S1 khususnya untuk program percepatan.
Memasuki
tahun 2017, ungkap Natonis, dirinya masih menganggap SDM sebagai prioritas
utama, namun aka nada peningkatan yakni mendorong dosen-dosen S2 untuk bisa
melanjutkan studi ke jenjang S3. Prioritas kedua adalah gedung kampus yang
ditargetkan rampung pada 2018. Saat ini sudah ada 16 ruang yang sudah digunakan
untuk perkuliahan (1 gedung). Namun kampus masih membutuhkan 1 gedung lagi untuk
S1 sehingga total nanti 32 ruang kuliah. Kemudian, jelasnya, kampus berencana membangun
lagi gedung untuk pascasarjana, perpustakaan dan IT, dan gedung rektorat, serta
auditorium untuk ruang konser musik.
“Jadi
prioritas pertama itu SDM. Kedua, gedung termasuk pengadaan tanah yang lebih
luas dari sekarang. Ketiga, pembelajaran berbasis IT. Itu mimpi kami. Kemudian
alih status dari STAKN menjadi Institut. Jadi, empat prioritas itu. Kenapa saya
bilang percepatan alih status, karena dari sisi jumlah mahasiswa, kami memenuhi
syarat yaitu 3.000 dan kita punya lebih dari 3.000. Kedua, animo masyarakat
untuk masukkan anak ke STAKN itu tinggi. Ini program prioritas kami, termasuk
pengembangan kerja sama,” jelas Natonis. (rf/adj/yl)
0 Comments