Prinsip
hidupJohanis Silvester Ottemoesoe, S.E., adalah “cepat kerja, kerja cepat.” Dengan
prinsip ini, menurutnya, seorang pemimpin tidak akan merasa nyaman hanya duduk
di belakang meja pimpinan. Baginya, seorang pemimpin perlu memiliki ide-ide
besar untuk kemajuan institusi yang dipimpinnya. Namun, ide saja belumlah cukup. Ide tersebut harus
diwujudnyatakan dalam tindakan tanpa menunda-nunda. Prinsip yang sama ia
terapkan dalam totalitas pengabdiannya bagi daerah serta masyarakat, tidak
hanya dalam kapasitasnya sebagai pimpinan PDAM Tirta Lontar Kabupaten Kupang.
TOTALITAS UNTUK PDAM TIRTA LONTAR
Dalam
tugasnya sebagai Direktur Utama PDAM Tirta Lontar Kabupaten Kupang, sebagaimana
pernah dilansir media ini, beberapa pencapaian penting patut dicatat. Pertama,
selain membawa PDAM Kab. Kupang meraih predikat sebagai salah satu PDAM
tersehat di NTT, tercatat dalam periode pertama kepemimpinannya, terjadi peningkatan PAD
yang luar biasa. Dari tahun 2012 sebesar 400 juta, tahun 2013 sebesar 400 juta,
hingga meningkat di tahun 2014 sebesar 600 juta. Peningkatan juga terjadi dalam
hal jumlah pelanggan. PDAM Kabupaten Kupang yang awalnya hanya mencapai sekitar
5.000 pelanggan, tahun 2014 lalu meningkat tajam mecapai 31.957 pelanggan.
Terkit hal tersebut, situs perpamsi.or.id., menyebut salah satu
kemajuan yang diukir selama kepemimpinan Ottemoesoe di periode pertama adalah
PDAM Tirta Lontar termasuk dalam salah satu PDAM sehat dan masuk dalam program
penghapusan utang oleh Menteri Keuangan. Sebelumnya, total utang PDAM sebesar
Rp 13,6 miliar, namun berkat kinerja yang baik dan kepatuhan manajemen dalam
membayar utang pokok sebesar Rp 4,3 miliar, akhirnya Kementerian Keuangan
memberikan penghapusan utang mutlak sebesar Rp 9,3 miliar.
Di masa kepemimpinannya, Ottemoesoe juga pernah membuat terobosan berani
yakni program pergantian meteran secara gratis sebanyak 950 buah kepada
konsumen setia PDAM Kabupaten Kupang. Hal ini menjadi yang pertama sejak
perusahaan ini berdiri. Dirinya juga menerapkan Geographic Information System (GIS), sistem pelayanan yang
menggunakan satelit untuk mengontrol teknis dari sumber air, pengolahan,
jaringan transmisi, dan distribusi sampai ke pelanggan. Hal ini terasa lebih
lengkap dengan diterapkannya sistem pembayaran online melalui Automatic Teller Machine (ATM), dengan
membangun kerja samadengan pihak terkait.
TOTALITAS UNTUK ATLETIK KABUPATEN KUPANG
Selain
membuktikan totalitasnya sebagai Direktur Utama PDAM Tirta Lontar Kabupaten
Kupang, salah satu bidang yang diperhatikannya secara serius adalah pembinaan
serta pengembangan olahraga di Kabupaten Kupang. Sejak dipercaya sebagai Ketua
Umum Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Kabupaten Kupang, pria
kelahiran Kupang, 12 Juni 1969 ini menunjukkan
totalitasnya sebagai seorang pemimpin. Tanpa mengabaikan tugas utamanya sebagai
Direktur PDAM Tirta Lontar Kabupaten Kupang, dirinya serius menangani berbagai
urusan menyangkut altetik di Kabupaten Kupang.
Menurutnya, apa yang dilakukannya bukan
semata-mata untuk kepentingan jabatan atau penghabisan anggaran yang sudah ada.
Lebih dari itu, suami dari Dewi Marlina Laliani Bolodadi, S.Psi., ini
ingin mengembangkan secara sungguh berbagai potensi olehraga yang dimiliki
anak-anak di daerah ini. Jika kemampuan anak-anak daerah ini dikembangkan
dengan pola pembinaan yang tepat, bukan mustahil mereka akan menunjukkan
prestasi di tingkat provinsi bahkan nasional dan internasional.
Baru-baru ini, dirinya mendampingi empat atlet muda dari Kabupaten
Kupang yang tergabung dalam kontingen Provinsi NTT untuk mengikuti Pekan
Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat (17 – 29 September 2016). Baginya,
mendampingi para atlet muda ini bukan hanya melaksanakan tugas sebagai Ketua
Umum PASI Kabupaten Kupang, namun merupakan wujud tanggung jawabnya sebagai
putera daerah untuk mendukung pembinaan serta peningkatan prestasi olahraga di
NTT khususnya di Kabupaten Kupang.
Tidak hanya
mendampingi atlet, ayah Enzo F. B. Ottemoesoe ini juga memberi motivasi bagi
para atlet dengan manyediakan bonus jika mereka (atlet) meraih prestasi di
ajang tingkat nasional tersebut. Baginya, memberikan bonus bagi atlet bukan
saja sebagai motivasi tetapi juga sebagai wujud apresiasi atas kerja keras
mereka dalam berlatih, menunjukkan prestasi serta mengharumkan nama daerah.
“Khusus
untuk atletik, dalam PON Jabar 2016 ini kita akan tanding di Bogor. Sebagai
motivasi, saya katakan kepada anak-anak, pemerintah provinsi sudah menyediakan
bonus berupa uang tunai dan rumah jika atlet meraih medali. Namun selain itu,
kami di tingkat kabupaten juga menyediakan bonus yakni 15 juta untuk atlet yang
meriah emas, 10 juta untuk medali perak, serta 5 juta untuk medali perunggu,”
tutur mantan dosen Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Malang ini.
Terkait
persiapan empat anak asuhnya yang membawa nama NTT di ajang PON XIX Jabar 2016,
mantan Kabag Umum & Keuangan Kabupaten Kupang ini menguraikan, persiapan
sudah dilakukan sejak enam bulan lalu. Karena itu mendekati hari-H, lanjutnya,
persiapan tetap dilakukan namun hanya berupa latihan ringan.
“Kita
turunkan volume latihan. Hanya jaga irama begitu. Khusus atletik, kita akan
mulai tanding tanggal 22 September 2016 nanti. Lalu soal target, kita harapkan
anak-anak bisa meraih hasil seperti tahun kemarin, yakni minimal 1 emas, 2
perak dan 3 perunggu,” jelasnya.
Disinggung
mengenai pembinaan atlet di NTT, mantan Staf Keuangan PDAM Kabupaten Kupang ini
mengungkapkan, NTT punya potensi besar namun belum dikelola secara maksimal.
Menurutnya, NTT adalah gudang atletik, baik jarak menengah maupun jauh. Terkait
hal ini, jelasnya, Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS merupakan dua daerah yang
memiliki banyak atlet potensial. Karena itu, pemerintah provinsi perlu memberi
perhatian khusus bagi anak-anak di dua daerah ini, sambil tetap menjajaki
berbagai potensi yang dimiliki anak-anak NTT di daerah lainnya.
Sekalipun
demikian, Ottemoesoe menekankan bahwa potensi saja belum cukup. Berbagai
sentuhan nyata perlu dilakukan pemerintah dalam upaya membina dan mengarahkan
potensi anak-anak daerah ini utuk dapat berkembang dan bisa bersaing di tingkat
nasional bahkan internasional.
“Anak-anak
kita punya potensi cukup besar. Tapi itu perlu didukung penuh misalnya lewat
berbagai kompetisi. Kompetisi harus terus ada supaya kita bisa dapat bibit. Kita
punya banyak bibit itu tapi tidak kelihatan karena tidak ada kompetisi rutin. Saya
menilia, BPLT itu pola pembinaan yang bagus. Tinggal nanti harus didukung
dengan misalnya fasilitas stadion dan lain-lain,” tegasnya.
Di akhir
perbincangan dengan Cakrawala NTT,
Ottemoesoe kembali menekankan pandangannya tentang sosok pemimpin ideal yakni
pemimpin yang selalu punya visi dan misi yang lahir dari ide-ide brilian.
Namun, tegasnya, ide tersebut harus segera diwujudkan dalam tindakan nyata
tanpa menunda-menunda waktu.
“Tentunya
sesuai dengan kondisi yang ada dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan,
tapi prinsipnya pemimpin itu harus terus bergerak. Tidak cukup hanya duduk di
belakang meja. Dan saya secara pribadi selalu berjuang utuk mewujudkan itu dalam
setiap tugas serta kepercayaan yang diberikan kepada saya. Pemimpin harus
memberikan totalitas bagi amanah yang ia terima,” tegasnya. (YL/RF)
*Sumber: Majalah Pendidikan Cakrawala NTT Edisi 57
0 Comments